Selasa 06 Jun 2023 18:00 WIB

Masrikan Sering ke Masjid Nabawi Sebelum Wafat

Istri Masrikan sekarang mengandalkan jamaah haji lain untuk dorong kursi rodanya.

Koper Almarhum Masrikan Rejo Nasikun suami dari Sumiah (63 tahun) di Makkah, Arab Saudi, Senin (5/6/2023).
Foto: Republika/Fuji E Permana
Koper Almarhum Masrikan Rejo Nasikun suami dari Sumiah (63 tahun) di Makkah, Arab Saudi, Senin (5/6/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fuji Eka Permana dari Makkah, Arab Saudi

 

Baca Juga

 

Raut wajah duka masih nampak dari wajah Sumiah (63 tahun) setelah ditinggal pergi suaminya di Madinah, Arab Saudi, pada Rabu (31/5/2023). Sumiah menyampaikan kesaksiannya bahwa suaminya almarhum Masrikan Rejo Nasikun sering ke Masjid Nabawi sebelum wafat.

Sumiah jamaah haji asal Kabupaten Demak, Jawa Tengah, kini telah sampai di Makkah untuk melanjutkan ibadah haji. Sejak dari Tanah Air, Sumiah sudah menggunakan kruk, sebuah alat bantu untuk berjalan dan kursi roda.

Sebelumnya, suami tercinta Sumiah yang membantu dan mendorong kursi roda. Kini Sumiah mengandalkan bantuan adik dan jamaah haji lainnya untuk mendorong kursi rodanya selama melaksanakan ibadah haji di Makkah.

Sumiah menyampaikan, almarhum suaminya baik-baik saja saat di dalam pesawat. Sebelum berangkat haji, almarhum sudah diperiksa dan dinyatakan sehat. Kondisinya normal sampai masuk hotel di Madinah.

"Di Madinah suami (almarhum Masrikan) sering ke Masjid Nabawi, dia sering ngajak saya ke masjid, tapi karena kondisi kesehatan saya, saya tidak bisa mengikuti ajakan suami ke masjid," kata Sumiah saat berbicara dengan konsultan ibadahnya Umi Musyarrofah di Makkah, Senin (5/6/2023).

Sumiah bercerita bahwa saat di Indonesia sempat jatuh hingga patah tulang. Sehingga sekarang saat berangkat ke Tanah Suci harus menggunakan kruk dan kursi roda.

"Karena itulah saya lebih banyak di kamar, tidak ikut suami beribadah di masjid, tapi kalau suami itu rajin sekali beribadah di masjid," ujar Sumiah dengan nada suara yang masih pelan.

Sumiah menyampaikan, almarhum Masrikan sempat jalan-jalan ke Masjid Qiblatain beberapa hari sebelum ke Makkah.

Sumiah juga mengaku diajak jalan-jalan oleh suaminya tapi tidak mau ikut. Sepulang suaminya dari Masjid Qiblatain membawa kurma.

"Saya bilang kok belinya sekarang Pak, kita mau ke Makkah," ujar Sumiah bercerita sambil mengenang suaminya saat bersama di Madinah.

Setelah itu, suami Sumiah sakit dan matanya terpejam. Kemudian diperiksa oleh dokter dan dibawa ke rumah sakit.

"Saya sempat mau ikut ke rumah sakit tapi enggak dibolehkan, saya disuruh tinggal di hotel, saya tidak tahu kapan Bapak (suami) meninggal, saya tahunya itu ketika dokter dan perawat datang ke kamar terus di kamar itu cuma diam saja," kata Sumiah.

Sumiah akhirnya mengerti bahwa suaminya telah wafat. Namun dia mempertanyakan mengapa tidak diberi tahu bahwa suaminya telah wafat.

"Selama ini suami saya yang mendorong kursi roda saya kalau ke mana-mana, kadang-kadang adik, cuma yang paling sering suami, setelah ditinggalkan suami, ya, nanti didorong sama adik dan jamaah haji lain untuk menyelesaikan ibadah," kata Sumiah.

 

Sumiah kini membawa koper suaminya ke Makkah. Rencananya ia bawa koper suaminya ke Tanah Air. Namun, Sumiah mengaku masih terkenang dengan almarhum suaminya.

 

"Kadang-kadang kalau teringat suami perasaannya bagaimana gitu, masih baru (ditinggal) jadi, ya, nangis, kalau keluarga sering menelepon menguatkan (saya) dan tanya kabar (saya)," kata Sumiah yang sedang berusaha menguatkan diri dan melanjutkan prosesi ibadah haji.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement