REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Sejumlah ternak di Kabupaten Garut dilaporkan terserang penyakit lumpy skin disease (LSD). Merebaknya penyakit yang menyerang sapi itu membuat kekhawatiran, mengingat saat ini merupakan momen jelang Idul Adha.
Bupati Garut Rudy Gunawan mengatakan, penanganan kasus LSD akan menjadi salah satu fokus perhatian. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut juga telah berkoordinasi dengan pemeritah provinsi dan pusat agar bisa memfasilitasi pengujian laboratorium untuk ternak yang diduga terserang LSD.
"Jadi kita sudah minta bantuan ke pemerintah pusat, ke provinsi tentang uji labnya itu," kata dia melalui siaran pers, Selasa (6/6/2023).
Rudy menambahkan, pihaknya juga telah menginstruksikan dinas terkait untuk turun langsung melakukan penanganan, khususnya ke sentra peternakan. Pasalnya, saat ini sudah merupakan momen menjelang Iduladha.
Menurut dia, saat ini sudah ada beberapa kecamatan yang dilaporkan ada kasus LSD. Namun, ia belum bisa mengungkapkan detail kasusnya, lantaran masih menunggu laporan resmi dari dinas terkait.
"LSD yang kemarin itu di Bayongbong, ada beberapa kecamatan yang sudah ada, dan kita belum menyatakan ini karena kita menunggu laporan. Tapi kemarin ada dua sapi yang LSD," lanjutnya.
Rudy mengatakan, pihaknya juga akan menyiapkan vaksin untuk ternak agar tidak terpapar LSD. Pihaknya sudah mengirim surat permintaan bantuan kepada Kementerian Pertanian untuk meminta ahli khusus ke Kabupaten Garut.
"Nah ini yang LSD ini memang masih sedikit, tapi saya tidak mau mengambil risiko. Jadi sekarang ini kita sudah melakukan upaya untuk meminta bantuan, ini bagaimana cara kita mengatasi, termasuk kita vaksinnya itu," ujar Rudy.
Ia menegaskan, penyakit LSD ini tidak bersifat zoonosis. Artinya, penularan hanya terjadi antaran hewan dan hewan, tidak menular ke manusia.
Menurut dia, diduga kasus itu terbawa dari daerah lain ke Kabupaten Garut. Pasalnya, dalam tiga bulan terakhir lalu lintas hewan ternak mengalami peningkatan jelang Iduladha.
Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Garut, Sofyan Yani, mengakui kasus penyakit LSD sudah ada di daerahnya. Namun, ia belum bisa menyebutkan jumlah pasti ternak yang telah terserang LSD di Kabupaten Garut.
"Secara kuantitatif data pastinya ada di bidang, tapi sementara ada sekitar 30 hewan. Sekarang sedang diatasi," kata dia saat dikonfirmasi Republika.co,id, Selasa.
Ia menjelaskan, penanganan yang dilakukan dalam kasus LSD tak berbeda jauh dengan penanganan ketika wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) merebak di Kabupaten Garut. Penanganan utama yang dilakukan adalah biosekuriti. Artinya, kesehatan dan kebersihan kandang ternak harus terjaga.
Selain itu, pengobatan juga harus dilakukan apabila ada ternak yang diduga terserang LSD, termasuk pemberian vitamin. "Ke depan kami juga sedang mengusulkan untuk vaksinasi," ujar Sofyan.
Menurut dia, munculnya kasus LSD tentu akan berdampak kepada usaha para peternak. Apalagi, saat ini merupakan momen jelang Idul Adha.
Kendati demikian, ia meyakini, kasus LSD tak akan banyak mengganggu kegiatan kurban selama Iduladha. Sebab, ternak yang terserang LSD masih bisa dikonsumsi, asalkan bagian yang terserang penyakit dibuang. Pasalnya, penyakit LSD tak menular kepada manusia.
"Pengaruhnya mungkin akan membuat harga hewan ternak meningkat. Apabila stok terbatas, harga kan ikut naik," ujar dia.
Meski demikian, Sofyan menyatakan, kasus LSD harus tetap ditangani. Apabila kasus itu dibiarkan, pertumbuhan ternak pasti akan mengganggu proses pertumbuhan, bahkan hingga menyebabkan kematian.
Sofyan memastikan, saat ini kasus LSD di Kabupaten Garut masih dalam taraf terkendali. Namun, ia mengingatkan, para peternak harus meningkatkan biosekuriti.
"Apabila ada kasus, langsung laporkan ke dinas agar bisa langsung ditangani," kata dia.