REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sepanjang 2022, di Provinsi Jawa Barat (Jabar) ditemukan sebanyak 3.186 kasus sifilis. Di antara ribuan kasus yang ditemukan, beberapa juga berasal dari Kota Tasikmalaya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Asep Hendra mengatakan, di daerahnya memang ditemukan kasus sifilis. Namun, jumlahnya disebut tidak terlalu banyak.
"Di Kota Tasikmalaya, kasusnya ada, tapi jumlah kasusnya tidak terlalu banyak. Dalam setahun itu tidak sampai 10 kasus. Se-Jabar saja, kita tak masuk peringkat 10 besar," kata dia saat dikonfirmasi Republika, Rabu (7/6/2023).
Dia mengatakan, alasan kasus sifilis banyak ditemukan di Jabar adalah karena jumlah penduduknya tinggi. Namun, ketika dibandingkan jumlah kasus per populasi, kasusnya tidak jauh berbeda dengan di Jawa Tengah.
Kendati demikian, Asep mengatakan, pihaknya tetap melaksanakan penanganan terhadap masyarakat yang terinfeksi sifilis. Penanganan yang dilakukan adalah dengan melakukan terapi dan memberikan obat melalui suntikan.
"Alhamdulillah kasus yang ditemukan bisa membaik," ujar dia.
Menurut dia, kasus sifilis bisa disembuhkan. Apalagi ketika kasus itu ditemukan di fase awal. Pasalnya, sifilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, yang notabene bisa disembuhkan.
Asep menjelaskan, penyebab sifilis ini bersumber dari perilaku seksual yang tidak aman. Otomatis, ketika hubungan seksual tak aman seperti di luar nikah, tidak menggunakan pengaman, atau gonta-ganti pasangan.
Dia mengimbau, apabila masyarakat ada yang mengalami gejala luka di alat kelamin untuk langsung melapor. Apalagi kalau memiliki perilaku seksual yang berisiko. "Kami juga sudah ada alat tes cepatnya," kata dia.
Ia juga mengimbau, masyarakat melakukan perilaku seksual yang aman. Pasalnya, perilaku seksual yang tidak aman tak hanya berpotensi menyebabkan sifilis, melainkan juga memiliki juga kemungkinan tertular HIV.