REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Perdana Menteri Kamboja Hun Sen mengatakan, aliansi tripartit AUKUS, menjadi perhatian dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Pakta militer tersebut melibatkan Amerika Serikat (AS), Inggris dan Australia.
Aliansi yang diumumkan pada September 2021 itu membuat Australia akan dapat membangun kapal selam bertenaga nuklir dengan teknologi yang disediakan oleh AS dan Inggris. “Aliansi skala kecil terkait kapal selam bertenaga nuklir antara AS, Inggris, dan Australia menjadi perhatian ASEAN dan negara-negara di kawasan," ujar Hun Sen dikutip dari Xinhua.
Hun Sen menjelaskan, kehadiran AUKUS mencuri perhatian karena ASEAN adalah zona bebas senjata nuklir. "Kami menentang proliferasi senjata nuklir,” ujarnya dalam sebuah pidato pada upacara kelulusan hampir 6.000 mahasiswa di Royal University of Law and Economics.
Menurut Hun Sen, aliansi militer itu adalah titik awal perlombaan senjata yang sangat berbahaya di wilayah tersebut. “Saya pikir jika situasi ini berlanjut, dunia akan menghadapi bahaya yang lebih besar,” kata perdana menteri Kamboja.
Profesor senior di BELTEI International University di Phnom Penh Joseph Matthews mengatakan, AUKUS menimbulkan ancaman keamanan besar bagi ASEAN dan seluruh kawasan Asia. “Aliansi ini akan memicu perlombaan senjata konvensional dan nuklir di kawasan, dan dengan demikian menggoyahkan perdamaian dan keamanan, merusak pembangunan ekonomi dan menghancurkan sentralitas ASEAN,” katanya.