REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Bina Marga DKI Jakarta menanggapi ihwal mangkraknya jalan layang non tol (JLNT) Pluit, Jakarta Utara yang dibangun pada era Gubernur DKI Jakarta Basuki Thahaja Purnama atau Ahok. Nantinya akan dibahas tentang opsi melanjutkan pembangunannya setelah mangkrak selama sekitar delapan tahun.
"Dinas Bina Marga akan berkoordinasi lebih lanjut dengan pengembang pembangunan JLNT Pluit tersebut terkait kelanjutan penyelesaian pembangunan di lapangan," kata Kepala Pusat Data dan Informasi Dinas Bina Marga DKI, Wiwik Wahyuni kepada Republika.co.id, Kamis (8/6/2023).
Wiwik tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai kapan tepatnya pembahasan akan dilakukan untuk selanjutnya memutuskan kebijakan. Termasuk juga opsi serta alasan-alasannya.
Sebelumnya diketahui, JLNT Pluit, Jakarta Utara mangkrak selama hampir satu dekade sejak zaman eks Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Harapan mengatasi kemacetan di titik tersebut pun seolah menguap begitu saja.
Bahkan lokasi jalan layang itu sempat ditinggali oleh pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial (PPKS), namun sudah dilakukan penindakan oleh Satpol PP DKI Jakarta.
Pantauan Republika.co.id pada pekan lalu di lokasi JLNT Pluit, jalan layang yang ditargetkan sepanjang 10,1 kilometer (km) sejak 2015 tersebut terlihat membentang sekitar 3 kilometer (km) di atas Jalan Pluit Barat Raya, Jakarta Utara.
Jalan layang itu tampak terbengkalai, terutama pada sisi utara JLNT Pluit. Jika bergerak dari arah Jalan Pluit Karang Utara menuju ke arah Jalan Pluit Barat Raya, para pengendara bisa melihat di sisi kanan terdapat sekumpulan u ditch beton berwarna menghitam, serta telah tumbuh rerumputan dan pepohonan. Selain itu ada pula tumpukan sejumlah sampah. Tak hanya itu, di bagian dinding jalan layang terlihat ada coretan vandalisme pula.
Di titik sisi utara tersebut ada kegiatan pembakaran sampah dan beberapa orang yang nongkrong atau berjaga di sekitarnya. Selain itu ada pula kegiatan latihan mengemudi kendaraan roda empat yang dilindungi beberapa buah traffic cone.
Sementara itu di sisi ujung selatan JLNT Pluit, kondisinya cenderung lebih kondusif. Tidak ada beton-beton yang menghitam, rerumputan yang tumbuh menjulang, ataupun sampah. Alias kosong. Jalan layang di sisi tersebut tepat di samping gedung Pompa Bimoli Pluit, tersambung dengan jalan berpasir yang dilintasi lalu lalang kendaraan truk.
Namun, sisi selatan JLNT Pluit tersebut lebih banyak aktivitas masyarakat di kolongnya. Tampak kendaraan roda dua dan kendaraan roda tiga atau bajaj dominasi berwarna putih parkir berjejeran di kolong jalan layang. Ada beberapa warung yang dibangun di kolong tersebut. Ada pula kegiatan warga berupa jual beli besi tua tak jauh dari warung-warung yang ada.
Jalan Layang tersebut terlihat turut membentang ke arah barat melintasi Kali Karang yang kondisi airnya berwarna hitam dengan kapasitas cukup tinggi. Namun, tidak terlihat dengan jelas kondisi ujungnya karena berhimpitan dengan pemukiman.