Jumat 09 Jun 2023 15:02 WIB

Muslim di Timteng dan Afrika Utara Bertekad Berangkat Haji Walau Ekonomi Sulit

Muslim di wilayah tersebut bergulat dengan tingkat inflasi yang melonjak.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Munajat,Jamaah haji Indonesia berdoa di tengah guyuran hujan saat wukuf di Arafah, Sabtu (10/8). Hujan yang turun membuat jamaah keluar tenda untuk berdoa karena hujan adalah satu waktu dikabulkannya doa. MUHAMMAD HAFIL / Republika
Foto: MUHAMMAD HAFIL / Republika
Munajat,Jamaah haji Indonesia berdoa di tengah guyuran hujan saat wukuf di Arafah, Sabtu (10/8). Hujan yang turun membuat jamaah keluar tenda untuk berdoa karena hujan adalah satu waktu dikabulkannya doa. MUHAMMAD HAFIL / Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Muslim di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara (Middle East and North Africa/MENA) bertekad berhaji meskipun kesulitan ekonomi.

Dilansir di The National News, Jumat (9/6/2023), setiap tahun Pemerintah Saudi mendedikasikan sejumlah visa tertentu ke setiap negara di seluruh dunia bagi umat Islam untuk menunaikan ibadah haji wajib mereka, salah satu dari lima rukun Islam. Pada 2023, ibadah haji akan kembali ke angka prapandemi karena Arab Saudi menghapus semua pembatasan Covid-19.

Baca Juga

Meski demikian, umat Islam di wilayah MENA masih berjuang karena mereka bergulat dengan tingkat inflasi yang melonjak dan kesulitan ekonomi. Biaya haji di sana telah meningkat secara astronomis bagi orang Mesir karena mereka bersaing dengan rekor inflasi tertinggi dan penurunan nilai pound Mesir sebesar 50 persen sejak tahun lalu.

Harga paket haji ekonomi dan plus untuk warga Mesir telah meningkat, yakni dari 30 persen menjadi 40 persen. Dengan paket termurah berharga sekitar 125 ribu pound Mesir atau sekitar 4.000 dolar AS tahun ini. Tahun lalu biaya haji di Mesir sebesaf 95 ribu pound Mesir atau sekitar 3.000 dolar AS.