Kamis 14 Aug 2025 09:06 WIB

Soal Kuota Haji Khusus, Asosiasi: Stigma Negatif Tolong Dihilangkan

Alasan dari usulan ini untuk mengatasi kuota yang tidak terserap setiap tahun.

Rep: Mg159/ Red: A.Syalaby Ichsan
Konferensi pers asosiasi umroh di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta Pusat, Rabu (13/8/2025).
Foto: Muhyiddin / Republika
Konferensi pers asosiasi umroh di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta Pusat, Rabu (13/8/2025).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Tiga belas asosiasi umrah haji Indonesia menilai batas maksimal kuota haji khusus 8% selama ini menimbulkan ketidakpastian di kalangan jamaah yang sudah mendaftar bertahun-tahun. Terlebih, sudah ada sebanyak 144.771 anggota jamaah yang sedang mengantri haji khusus, terhitung per 12 Agustus ini.

Terlepas dari antrean tersebut, Ahmad Musana, Ketua Perahu Sekunder Asosiasi Pengusaha Haramain Seluruh Indonesia (Asphirasi), meminta agar jangan ada yang memberi stigma negatif atas usulan tersebut. Dia menegaskan, asosiasi tidak bermaksud untuk mengambil kuota lebih, tetapi ingin membuka kesempatan keterserapan kuota tambahan. Sebab, menurutnya, jika kuota tambahan terbuang, maka ini menimbulkan kerugian bagi negara.

Baca Juga

“Jadi stigma negatifnya tolong ini dihilangkan dari masyarakat di Tanah Air bahwasannya bukan keinginan kami untuk mengambil kuota yang lebih, tapi mungkin dengan adanya potensi, kesempatan untuk bisa mengurangi kerugian akibat kuota yang tidak terserap, itu jadi terbuka di situ,” jelas Ahmad, Rabu (13/8/2025).

Sebelumnya, Tim 13 Lintas Asosiasi Umrah Haji Indonesia, menggelar konferensi pers di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jl. Taman Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (13/8/2025). Pernyataan tersebut merupakan sikap tegas untuk menyikapi pembahasan RUU Perubahan UU No 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Haji dan Umrah.

photo
Ilustrasi Travel Umrah dan Haji - (Republika/Prayogi)

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اِذْ اَنْتُمْ بِالْعُدْوَةِ الدُّنْيَا وَهُمْ بِالْعُدْوَةِ الْقُصْوٰى وَالرَّكْبُ اَسْفَلَ مِنْكُمْۗ وَلَوْ تَوَاعَدْتُّمْ لَاخْتَلَفْتُمْ فِى الْمِيْعٰدِۙ وَلٰكِنْ لِّيَقْضِيَ اللّٰهُ اَمْرًا كَانَ مَفْعُوْلًا ەۙ لِّيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْۢ بَيِّنَةٍ وَّيَحْيٰى مَنْ حَيَّ عَنْۢ بَيِّنَةٍۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَسَمِيْعٌ عَلِيْمٌۙ
(Yaitu) ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh sedang kafilah itu berada lebih rendah dari kamu. Sekiranya kamu mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), niscaya kamu berbeda pendapat dalam menentukan (hari pertempuran itu), tetapi Allah berkehendak melaksanakan suatu urusan yang harus dilaksanakan, yaitu agar orang yang binasa itu binasa dengan bukti yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidup dengan bukti yang nyata. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

(QS. Al-Anfal ayat 42)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement