Jumat 16 Jun 2023 17:44 WIB

Wisuda Sekolah Berdampak Negatif pada Siswa? Ini Kata Sosiolog

Kemunculan wisuda sekolah merupakan bentuk imitasi dari perguruan tinggi.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Qommarria Rostanti
Topi toga yang biasa dipakai untuk wisuda (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Topi toga yang biasa dipakai untuk wisuda (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Wisuda dahulu hanya digunakan untuk perayaan bagi mereka yang lulus perguruan tinggi. Namun kini, wisuda juga digunakan di berbagai jenjang pendidikan.

Fenomena tersebut memunculkan kritikan dari sebagian besar masyarakat. Di balik kritikan tersebut, apakah pelaksanaan wisuda di tingkat sekolah memiliki dampak negatif? 

Baca Juga

Sosiolog dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Vina Salviana Darvina Soedarwo, mengatakan pelaksanaan wisuda di tingkat sekolah sebenarnya tidak memiliki dampak negatif jika dilihat dari aspek sosialnya. Perayaan ini justru lebih berdampak pada sisi ekonomi karena agak sedikit pemborosan. 

"Artinya, itu sebenarnya bisa dihemat untuk perayaan seperti itu," kata Vina saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (16/6/2023).

Kalau dilihat secara personal atau siswanya, mereka tentu baik-baik saja dalam melaksanakan perayaan wisuda. Namun kegiatan ini nyatanya cukup memakan biaya besar. Padahal, kata dia, dana-dana tersebut sebenarnya dapat disisihkan untuk pemberian beasiswa bagi yang tidak mampu. 

"Misalnya sebagai rasa syukur, itu bisa dan memang semua tergantung bagaimana pengelolaannya. Tetapi itu kan yang pasti biaya pelaksanaan itu cukup besar," jelasnya.

Adapun terkait kemunculan pelaksanaan wisuda di tingkat sekolah, Vina menilai, ini sebagai bentuk imitasi. Imitasi dalam konsep sosiologi itu berarti meniru yang pendidikan tinggi.

Selanjutnya, proses imitasi tersebut diadopsi di SMA lalu terus berkembang ke tingkat TK. Kondisi ini menunjukkan terjadi imitasi yang luar biasa mengenai perayaan atas perubahan status pendidikan yang lebih tinggi.

Di sisi lain, Vina juga menyinggung perihal makna pendidikan dasar di Indonesia sesungguhnya hanya sampai SMP. Artinya, pendidikan sembilan tahun hingga tingkat SMP merupakan hal wajib yang perlu dilaksanakan masyarakat. Merujuk nilai wajib tersebut, Vina menilai tidak perlu ada wisuda di tingkat pendidikan dasar karena stratanya terlalu sederhana.

Dibandingkan pendidikan dasar, Vina justru tidak mempermasalahkan apabila wisuda dilaksanakan di tingkat SMA. Namun pelaksanaannya mungkin diharapkan agar atributnya tidak sama dengan perguruan tinggi.

 

  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement