Selasa 20 Jun 2023 13:01 WIB

Cina Potong Tolok Ukur Pinjaman untuk Hidupkan Kembali Permintaan yang Melambat

Pelonggaran moneter Cina dilakukan usai pemulihan ekonomi berjalan lambat.

Red: Friska Yolandha
Sebuah derek mengangkat peti kemas di pelabuhan otomatis di Tianjin, China, Senin, 16 Januari 2023. Ekspor China turun 7,5?ri tahun lalu pada Mei 2023, dan impor turun 4,5%, menambah tanda pemulihan ekonomi sedang melambat.
Foto: AP Photo/Mark Schiefelbein
Sebuah derek mengangkat peti kemas di pelabuhan otomatis di Tianjin, China, Senin, 16 Januari 2023. Ekspor China turun 7,5?ri tahun lalu pada Mei 2023, dan impor turun 4,5%, menambah tanda pemulihan ekonomi sedang melambat.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Cina memangkas tolok ukur pinjaman utamanya pada Selasa (20/6/2023) pengurangan pertama dalam 10 bulan karena pihak berwenang berusaha untuk menopang pemulihan ekonomi yang melambat. Meskipun, kekhawatiran tentang pasar properti berarti pelonggaran tidak sebesar yang diharapkan.

Pelonggaran moneter terbaru terjadi saat pemulihan pascapandemi di ekonomi terbesar kedua di dunia itu menunjukkan tanda-tanda kehilangan momentum awal yang terlihat pada kuartal pertama.

Baca Juga

Suku bunga dasar pinjaman (LPR) satu tahun diturunkan sebesar 10 basis poin menjadi 3,55 persen. Sedangkan LPR lima tahun dipotong dengan margin yang sama menjadi 4,20 persen.

Sementara semua 32 peserta dalam jajak pendapat Reuters mengharapkan pengurangan untuk kedua tarif, pemotongan ke tarif lima tahun lebih kecil dari yang diperkirakan banyak orang. "Pemotongan ini akan menurunkan biaya pinjaman baru, serta pembayaran bunga atas pinjaman yang ada," kata Julian Evans-Pritchard, kepala ekonomi Cina di Capital Economics.