REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengelolaan Devisa Hasil Ekspor (DHE) di dalam negeri akan memperkuat pertumbuhan ekonomi dan menjadi bantalan risiko atas dinamika global yang terjadi saat ini. Plt Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro Kemenko Perekonomian Ferry Irawan menjelaskan DHE merupakan instrumen pendapatan negara yang cukup signifikan perannya. Tak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi saja, tetapi juga bisa menjadi instrumen mitigasi risiko di tengah dinamika global.
"Seperti mislanya, isu slowdown, potensi GDP global lebih rendah dari sebelumnya. Ini kita musti mitigasi dengan adanya buffer atau resource. Lewat DHE, kita bisa punya modal valas yang cukup untuk mendorong perekonomian," ujar Ferry dalam sebuah diskusi, Rabu (21/6/2023).
Valas ini juga penting dan dibutuhkan untuk bisa menjadi modal lagi bagi para pelaku usaha yang produknya berbasis ekspor. Ditengah pelemahan ekonomi di Amerika dan China saat ini mempengaruhi arus modal asing yang masuk ke negara berkembang khususnya Indonesia.
"Kebijakan DHE bisa dimaksimalkan untuk stability. Lalu pedalaman pasar keuangan. Tapi ini tiga strategi yang kita lakukan untuk memitigais potensi risiko yang masih ada, dan mencari sumber pendanaan yang bisa kita pakai untuk boost sektor riil kita," ujar Ferry.
Untuk itu, pemerintah sendiri saat ini sedang menggodok aturan baru terkait DHE ini. Harapannya, lewat aturan baru soal DHE ini bisa memperluas ruang fiskal dan bisa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.