REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panji Gumilang yang juga pendiri pondok pesantren Al Zaytun menjadi sorotan. Sikap maupun pendapatnya kerap dianggap nyeleneh.
Seperti pada Jumat kemarin, sebelum bergerak ke ruang Rapat Gubernur, Panji sempat menyapa wartawan dengan salam Ibrani khasnya. "Shalom Aleichem," ujar Panji sambil mengangkat tangannya.
Pengamat Terorisme Al Chaidar mengungkapkan, tentang ajaran atau paham Panji Gumilang yang didoktrinkan di Ma'had Al Zaytun kepada anggota NII KW 9 bukanlahlah ajaran NII Kartosoewirjo.
Menurutnya, Panji Gumilang menganut ajaran Isa Bugis yang juga menganggap bahwa paham Komunis, Nasakom, merupakan bagian dari ajaran Islam. Ajaran ini pun meyakini Karl Marx adalah rasul.
Oleh karena itu, menurut Al Chaidar tak mengherankan ketika Panji Gumilang mengeklaim dirinya bermazhab Soekarno. Panji Gumilang juga mendoktrinkan kepada anggota tentang tidak wajibnya melaksanakan sholat lima waktu. Sebab yang utama adalah mengumpulkan dana.
Dalam paham Isa Bugis yang dianut Panji Gumilang, juga memiliki paham takfiri. Karena itu menganggap orang-orang di luar NII KW 9 adalah kafir yang harus diperangi dan diperbolehkan dirampas hartanya. Hingga akhirnya lambat laun, menurut Al Chaidar, NII KW 9 akan dapat memunculkan orang-orang yang radikal.
Sebelumnya sempat beredar video Panji Gumilang menyebut memiliki paham Sukarno. Ia pun mengaku telah menamatkan buku Di Bawah Bendera Revolusi
Adanya kekuatan besar
Ali Chaidar menilai kesulitan dalam penindakan terhadap Al Zaytun dan Panji Gumilang adalah karena adanya kekuatan besar di tingkat elit pejabat yang melindungi. Para pejabat tersebut, kerap memperoleh dana dari Al Zaytun.
"Karena dilindungi oleh kekuatan-kekuatan intelijen. Kekuatan intelijen itu tidak institusional sifatnya. Tetapi lebih kepada bersifat personal. Jadi ada orang-orang tertentu yang merasa ini periuk nasi mereka, kalau diganggu, jadi mereka kan tidak korupsi dari Negara, mereka mengambilnya dari umat islam itu," katanya.