REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melakukan panen padi di Desa Tempos Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Senin 26 Juni 2023. Mentan SYL didampingi Wakil Bupati Lombok Barat Sumiatun melakukan panen menggunakan combine harvester di hamparan sawah dengan luas 25 hektare.
Kecamatan Gerung merupakan salah satu lokasi program IP400, termasuk sentra produksi padi selain Kecamatan Narmada, Kediri, dan Lingsar. Program IP400 merupakan inovasi dalam berusaha tani dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan lahan sehingga bisa tanam/panen empat kali dalam setahun.
Lombok Barat, menurut Mentan SYL, memiliki potensi alam dan agroklimat yang sangat memungkinkan untuk meningkatkan produksi padi. Terlebih, pemanfaatan dan pengelolaan air dilakukan secara efektif dan efisien.
"Kami hadir di Lombok Barat ini untuk memastikan bahwa pemerintah pusat serius dalam menangani urusan pangan di tengah ancaman dan tantangan El Nino, musim kemarau yang panjang ini. Jadi, yuk, kita hadapi ini bersama," kata Mentan.
Menghadapi ancaman musim kemarau, Mentan SYL di hadapan petani dan penyuluh mengajak melakukan percepatan tanam dan membuat penampungan-penampungan air atau embung-embung kecil.
Di beberapa tempat sudah melakukan pembuatan embung-embung kecil untuk menampung air, nantinya bisa digunakan. Di acara Penas di Padang yang lalu, Kementan sudah memperagakan embung itu, menggunakan teknologi membran. Bahkan, menggunakan terpal juga bisa. "Hal ini sebetulnya sudah dilakukan oleh leluhur-leluhur kita Bapak, termasuk tadi yang kita lakukan, Biosaka itu," ujarnya.
Wakil Bupati Lombok Barat Sumiatun mengungkapkan bahwa pada 2022, Lombok Barat mengalami surplus beras sebesar 32.632 ton. Namun, Sumiatun lebih lanjut menjelaskan, meski produksi beras di wilayahnya tinggi, alih fungsi lahan pertanian setiap tahun terus mengalami peningkatan.
"Luas lahan pertanian di Lombok Barat setiap tahun cenderung berkurang seiring pertambahan penduduk untuk tempat tinggal dan fasilitas pendukungnya," kata Sumiatun.
Sebagai informasi pada 2022, produksi padi/beras Provinsi NTB dan Kabupaten Lombok Barat naik jika dibandingkan tahun 2021, masing-masing 2,35 persen dan 7,15 persen. Sementara itu, pada 2023, luas panen padi provinsi NTB adalah 254.586 hektare (ha), dengan provitas 5,02 ton/ha, dan jumlah produksi 1.277.377 ton GKG. Sedangkan, luas panen padi Kabupaten Lombok seluas 20.817 ha, dengan provitas 4,84 ton/ha, serta produksi 100.758 ton GKG.
Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menyampaikan bahwa upaya Kementan dan Provinsi NTB dalam mengejar produksi pangan terutama padi di bawah ancaman iklim ekstrem El Nino pada 2023 ini dilakukan melalui peningkatkan produktivitas, peningkatan indeks pertanian, integreted farming, dan mengarah penggunaan input yang lebih efisien dan ramah lingkungan, salah satunya aplikasi teknologi Biosaka.
"Lombok yang dikenal daerah sentra pangan dengan bumi gora (gogo rancah) cukup dikenal dengan pola tanam padi terus palawija (biasanya jagung) juga integrasi padi dengan sapi, bisa dilihat di pematang pematang sawah ditanami pohon turi dan tanaman lain selain untuk pakan ternak juga untuk kompos bahan organik sehingga diperoleh manfaat ganda dari proses produksinya," kata Suwandi.
Lebih lanjut, dia menambahkan, di lokasi acara panen padi ini di Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, sudah menerapkan IP300 dan produktivitasnya 7,2 ton GKP per hektare.