REPUBLIKA.CO.ID, BANPUR -- Panas ekstrem dengan cepat menjadi krisis kesehatan masyarakat di India. Lebih dari 150 orang meninggal selama gelombang panas brutal terakhir pada Juni.
Gelombang panas yang berkepanjangan adalah salah satu konsekuensi paling mematikan dari pemanasan global yang dihadapi India. Pemerintah memperkirakan hampir 11 ribu orang meninggal selama gelombang panas abad ini, tetapi para ahli mengatakan angka seperti itu kemungkinan sangat kecil.
Pakar kesehatan mengatakan, panas dapat membunuh secara perlahan dan cepat. Mantan kepala Institut Kesehatan Masyarakat India Gandhinagar Dileep Mavalankar mengembangkan rencana aksi panas pertama India untuk kota Ahmedabad pada 2013.
Rancangan itu dilakukan tiga tahun setelah lebih dari 1.300 orang meninggal akibat gelombang panas di Ahmedabad. Rencana tersebut menetapkan pedoman yang mencakup mengeluarkan peringatan panas ketika suhu naik melewati 41 derajat Celcius.
Pedoman itu pun mendidik orang-orang seperti pekerja luar ruangan, petani, dan lainnya yang terpapar panas tentang risiko yang dihadapi. Pemerintah pun didesak menyediakan sumber daya untuk pusat kesehatan setempat dan rumah sakit untuk menangani penyakit yang berhubungan dengan panas.
“Ketika topan terjadi, semua orang waspada, dan mereka segera bertindak tetapi hanya ada sedikit kesadaran atau tindakan untuk menghadapi panas ekstrem,” kata Mavalankar.
“Perlu ada media peringatan, pemerintah daerah harus memperingatkan masyarakat untuk tetap di dalam rumah dan menyiapkan rumah sakit mereka untuk menangani kasus terkait panas,” katanya.
Aditya Valiathan Pillai dari Center for Policy Research baru-baru ini mempelajari kesiapan India untuk menghadapi cuaca yang sangat panas. Dia mengatakan, rencana yang meliputi pusat pendinginan dan bantuan perawatan kesehatan sangat penting untuk menyelamatkan nyawa.