Ahad 02 Jul 2023 10:24 WIB

Direktur CIA: AS Manfaatkan Pemberontakan Rusia Wagner untuk Rekrut Mata-Mata

CIA tidak membiarkan kesempatan untuk menambah mata-mata itu berlalu.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Erdy Nasrul
Central Intelligence Agency.
Foto: en.wikipedia.org
Central Intelligence Agency.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Direktur Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) William Burns mengatakan pada Sabtu (1/7/2023), bahwa pemberontakan bersenjata oleh pemimpin tentara bayaran Wagner Yevgeny Prigozhin merupakan tantangan bagi negara Rusia. Ketidakpuasan di Rusia dalam perang di Ukraina menciptakan kesempatan langka untuk merekrut mata-mata.

Menurut Burns, CIA tidak membiarkan kesempatan untuk menambah mata-mata itu berlalu. "Ketidakpuasan dengan perang akan terus menggerogoti kepemimpinan Rusia di bawah propaganda negara yang terus-menerus dan represi yang dipraktekkan," kata Burns dalam kuliah di yayasan nirlaba Britain's Ditchley Foundation yang berfokus pada hubungan AS-Inggris di Oxfordshire, Inggris.

Baca Juga

"Ketidakpuasan itu menciptakan peluang sekali dalam satu generasi bagi kami di CIA, inti kami adalah layanan intelijen manusia. Kami tidak akan membiarkannya sia-sia," ujarnya.

Istana Kremlin mengatakan pada Mei, bahwa agennya sedang melacak aktivitas mata-mata Barat. Upaya ini diambil setelah CIA menerbitkan video yang mendorong orang Rusia untuk melakukan kontak melalui saluran internet yang aman.

Video pendek dalam bahasa Rusia disertai dengan teks mengatakan, bahwa badan tersebut ingin mendengar dari perwira militer, spesialis intelijen, diplomat, ilmuwan, dan orang-orang yang memiliki informasi tentang ekonomi Rusia dan kepemimpinannya.

Selain menarik kesempatan, Burns juga melihat peristiwa pemberontakan telah menunjukkan efek korosif dari perang Presiden Vladimir Putin di Ukraina. "Sangat mengejutkan bahwa Prigozhin mendahului tindakannya dengan dakwaan pedas atas alasan palsu Kremlin untuk invasi ke Ukraina dan perilaku kepemimpinan militer Rusia dalam perang," kata Burns.

Sebelum pemberontakan, selama berbulan-bulan Prigozhin secara terbuka menghina pemimpin  militer senior. Dia menggunakan berbagai umpatan kasar dan bahasa penjara yang mengejutkan pejabat tinggi Rusia tetapi tidak ditanggapi secara publik oleh Putin.

"Dampak dari kata-kata itu dan tindakan itu akan muncul untuk beberapa waktu, pengingat yang jelas akan efek korosif perang Putin terhadap masyarakatnya sendiri dan rezimnya sendiri," ujar Burns.

Burns pernah menjabat sebagai duta besar AS untuk Rusia dari 2005 hingga 2008 dan diangkat sebagai direktur CIA pada 2021. Dia menyebut pemberontakan Prigozhin sebagai tantangan bersenjata terhadap negara Rusia.

Menurut Burns, pemberontakan itu adalah urusan internal Rusia dengan AS tidak akan ambil bagian. Pernyataan mencoba menggapai atas tuduhan Moskow bahwa Barat memanfaatkan peristiwa tersebut.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pada Jumat (30/7/2023), Rusia akan muncul lebih kuat setelah pemberontakan yang gagal. Dia menegaskan agar Barat tidak perlu khawatir tentang stabilitas kekuatan nuklir terbesar di dunia itu.

Sejak kesepakatan dicapai seminggu yang lalu untuk mengakhiri pemberontakan, Kremlin berusaha untuk memproyeksikan ketenangan.  Putin mendiskusikan pengembangan pariwisata, bertemu orang banyak di Dagestan, dan mendiskusikan ide-ide untuk pembangunan ekonomi.

Tapi Burns menilai, perang telah menjadi kegagalan strategis bagi Rusia dengan mengungkapkan kelemahan militernya dan merusak ekonomi Rusia selama bertahun-tahun yang akan datang. Sementara dia melihat aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tumbuh semakin besar dan kuat.

"Masa depan Rusia sebagai mitra junior dan koloni ekonomi Cina sedang dibentuk oleh kesalahan Putin," ujar Burns.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement