Senin 03 Jul 2023 19:59 WIB

Polisi Penembak Remaja Prancis Justru Dapat Donasi Sejuta Dolar AS

Donasi untuk polisi yang didakwa membunuh dianggap skandal. 

Otoritas penegak hukum di Prancis pada Kamis (29/6/2023) menangkap 176 orang dalam kerusuhan yang pecah setelah kematian seorang remaja berusia 17 tahun
Foto: AP
Otoritas penegak hukum di Prancis pada Kamis (29/6/2023) menangkap 176 orang dalam kerusuhan yang pecah setelah kematian seorang remaja berusia 17 tahun

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Peristiwa penembakan mati remaja Prancis, Nahel M oleh polisi tak hanya menyulut aksi massa yang berujung kerusuhan di seantero Prancis. Kontroversi juga muncul ketika ada pengumpulan dana untuk polisi yang menembak mati Nahel. 

Jean Messhiha, bekas penasihat politisi sayap kanan Marine Le Pen, yang menginisiasi penggalangan dana ini melalui program GoFundMe. Hingga Senin (3/72023), ia berhasil menghimpun 963 ribu euro atau 1,05 juta dolar AS. 

Pada Selasa (27/6/2023), polisi tersebut menembakkan senjatanya ke Nahel yang ada di dalam mobil. Tembakan ini membuat luka di dada yang mengantarkan kematian kepada remaja berusia 17 tahun, keturunan Aljazair dan Maroko itu. 

Kejadian ini memicu aksi massa yang berujung kerusuhan selama beberapa hari. Nadia, nenek Nahel, mempertanyakan kampanye penggalangan dana untuk polisi penembak cucunya itu.’’Hati saya sakit,’’ katanya seperti dilansir laman berita Aljazirah, Senin. 

Kematian Nahel kembali memunculkan debat mengenai minoritas etnis di masyarakat Prancis dan tindakan brutal polisi. Politisi sayap kiri dan tengah, mengecam tindakan Messiha yang menggalang dana untuk polisi penembak mati Nahel. 

Eric Bothorel, dari En Marche, partai Presiden Emmanuel Macron, menulis di Twitter,’’ Jean Messiha mengipasi bara. Ini memicu kerusuhan. Menghimpun donasi untuk polisi yang didakwa membunuh Nahel, merupakan skandal.’’

Sedangkan Olivier Faure, ketua Partai Sosialis mendesak GoFundMe menghentikan penggalangan dana. ‘’Anda mempertahankan perpecahan dengan berpartisipasi untuk mendukung polisi yang didakwa melakukan pembunuhan. Tutup!’’

Sejumlah pihak menyatakan, penggalangan dana ini dianggap bentuk kemunafikan. Mereka mengingatkan kembali pada penggalangan dana untuk mantan petinju yang memukul beberapa polisi saat aksi antipemerintah “yellow vest” pada 2019 ditutup dengan cepat.

Politisi sayap kiri, David Guiraud menyatakan,’’ Asumsi pesannya, bunuh Arab dan Anda akan menjadi jutawan. Pemerintah melihat kengerian ini tanpa berkata apapun saat menutup donasi saat aksi massa yellow vest dalam dua hari.’’

Kelompok aktivis, Sleeping Giants menganggap penghimpunan dana tersebut menyulut sentimen ketidakadilan dan meningkatkan ketegangan. Di tengah kerusuhan, vandalisme, dan bentrokan polisi dan demonstran, polisi mengerahkan 45 ribu personel. 

Mereka berupaya mengatasi kerusuhan yang masih berlangsung di sejumlah kota, di antaranya Paris, Strasbourg, Marseille, dan Nice.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement