REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah studi baru menemukan bahwa seprai dan sarung bantal lama tidak dicuci bisa mengandung lebih banyak bakteri daripada dudukan kloset. Temuan ini diungkap oleh Amerisleep, sebuah perusahaan kasur di Scottsdale, Arizona.
Selama penelitian, para peserta menyeka seprai mereka yang selama empat pekan tidak dicuci. Perusahaan juga mengambil sampel bakteri dari kasur yang berusia kurang dari satu tahun hingga tujuh tahun.
Setelah satu pekan, sarung bantal yang diambil sampelnya memiliki setidaknya tiga juta colony forming unit (CFU/metode pengukuran bakteri) per inci persegi, 17.442 kali lebih banyak bakteri daripada dudukan kloset (172 CFU). Lalu, setelah empat pekan, jumlah CFU melonjak menjadi 11,96 juta, yang berarti 39 kali lebih banyak bakteri daripada yang terkandung dalam mangkuk makanan hewan (306 ribu CFU).
Di sisi lain, seprai mengumpulkan sekitar lima juta CFU dalam satu pekan, yang berarti 24.631 kali lebih banyak bakteri daripada gagang pintu kamar mandi (203 CFU). Setelah empat pekan, sampel seprai mengandung 11,32 juta CFU, lebih dari lima kali lebih banyak bakteri daripada holder sikat gigi.
Bakteri yang paling umum (41 persen) diidentifikasi pada seprai dan sarung bantal adalah gram-negatif. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), bakteri gram negatif dapat berbahaya dan dapat menyebabkan resistensi antibiotik.
"Dua bakteri umum lainnya yang ditemukan adalah gram-positif (24,94 persen) dan basilus (23,38 persen), yang biasanya menjadi penyebab keracunan makanan dan infeksi serupa," kata Amerisleep dalam studinya, seperti dilansir Fox News, Kamis (6/7/2023).
Studi itu juga menyatakan, kasur yang berumur kurang dari satu tahun mengandung tiga juta CFU per inci persegi. Setelah tujuh tahun, bakteri tersebut telah berkembang menjadi lebih dari 16 juta CFU per inci persegi kasur.
Kasur yang berumur kurang dari satu tahun menunjukkan jumlah bakteri gram-negatif, gram-positif, dan coccus gram positif yang sama untuk semua bakteri yang teridentifikasi. Bakteri yang paling umum ditemukan di kasur berusia tujuh tahun adalah gram negatif (37,36 persen).
Kasur pada usia tersebut adalah satu-satunya yang menunjukkan keempat jenis bakteri. Dengan adanya temuan ini, seprai harus dicuci setiap tujuh hari sekali.
Maksimal, seprai tidak diganti sebelum dianggap kotor adalah 35 hari. Dalam 35 hari, seprai akan mengumpulkan lebih dari 30 gram sel kulit mati, dua galon cairan tubuh seperti keringat dan air liur, dan lebih dari satu juta tungau debu. Tidak mencuci seprai secara teratur dapat menyebabkan gejala alergi seperti pilek, batuk, bersin, kulit gatal dan mata berair.
"Mencuci seprai secara teratur bukan hanya untuk menjaga kebersihan, tapi juga dapat meningkatkan kualitas tidur Anda," kata Amerisleep dalam situs webnya.
Ahli radiologi yang berbasis di AS, Nicole Saphier, juga mengingatkan masalah kesehatan seputar tidur di atas seprai kotor. Kondisi-kondisi yang tidak berbahaya seperti iritasi kulit, ruam hingga kondisi yang lebih serius, seperti jerawat, kurap, dan bahkan pneumonia, telah dikaitkan dengan tidur di atas seprai yang kotor.
"Tubuh kita bersentuhan dengan banyak patogen sepanjang hari dan tentu saja, ketika kita tidur, patogen-patogen itu berpindah ke seprai kita. Selain patogen, kotoran minyak dan zat-zat lain dapat benar-benar menumpuk dan memengaruhi sistem kekebalan tubuh," jelas Saphier.