Jumat 07 Jul 2023 18:51 WIB

Kelurahan Bukit Duri: Tidak Ada Fenomena 'Numpang' KK untuk Masuk SMAN 8

Kelurahan Bukit Duri sebut tidak ada fenomena 'numpang' KK untuk masuk SMAN 8 Jakarta

Rep: Eva Rianti/ Red: Bilal Ramadhan
Kantor Lurah Bukit Duri di Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (7/7/2023). Kelurahan Bukit Duri sebut tidak ada fenomena 'numpang' KK untuk masuk SMAN 8 Jakarta.
Foto: Republika/Eva Rianti
Kantor Lurah Bukit Duri di Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (7/7/2023). Kelurahan Bukit Duri sebut tidak ada fenomena 'numpang' KK untuk masuk SMAN 8 Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) menjadi perhatian lantaran munculnya isi numpang KK seiring dengan pemberlakuan jalur zonasi di sekolah yang terkenal favorit. Di Kelurahan Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, dimana ada satu sekolah menengah atas yang terkenal favorit, yakni SMAN 8, isu tersebut tak mencuat.

Sekretaris Lurah Bukit Duri Rika Laila mengklaim, pihaknya tidak mendeteksi adanya perpindahan alamat atau numpang KK di wilayahnya yang diindikasi untuk kepentingan pemenuhan syarat masuk SMA negeri melalui jalur zonasi.

Baca Juga

"Selama saya di sini sejak 2019 sejauh ini belum ada, setahu saya. Kebetulan RT-RT kita juga saklek enggak mau nerima dari luar," kata Rika saat ditemui di Kantor Kelurahan Bukit Duri di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (7/7/2023).

Rika menjelaskan, SMAN 8 merupakan satu-satunya SMA negeri yang ada di Kelurahan Bukit Duri. Dia mengakui bahwa sekolah tersebut memang terkenal favorit karena mendulang banyak prestasi dan kerap diincar banyak calon siswa.

Namun dia kembali menekankan bahwa tidak menemukan kasus numpang KK untuk kepentingan penggunaan jalur zonasi yang kemudian berakibat mengesampingkan warga-warganya. Dia menyebut hingga saat ini tidak pernah ada keributan mengenai masalah-masalah menyangkut pendataan yang kaitannya dengan kepentingan warga di luar Bukit Duri dalam urusan PPDB.

"Kalau ada (kasus numpang KK yang merugikan warga) pasti sudah ribut," tutur dia.

Diantara masalah yang dihadapi warganya justru seperti umur yang belum mencapai usia yang ditentukan. Rika juga menyebut jumlah warganya yang berusia SMA tidak begitu banyak, hanya saja dia tidak membeberkan datanya.

Lebih lanjut, justru menurutnya, masalah utama yang dihadapi adalah kaitannya dengan keberanian dan kemampuan anak seusia SMA untuk bisa bersekolah di SMA 8. Menurutnya, rerata warganya justru tidak kuat menjalani pembelajaran yang dinilai cukup berat di sekolah yang terkenal menghasilkan alumni-alumni berkualitas secara inteligen dan ekonomi itu.

Warga Bukit Duri sendiri rerata merupakan masyarakat kalangan menengah ke bawah. Sehingga menurut informasi yang dihimpun dari warga, Rika mengatakan bahwa para warga berusia SMA tidak bisa mengimbangi diri untuk bisa bersekolah di sekolah sekaliber SMAN 8.

Dia mencontohkan ada seorang warga yang anaknya masuk di SMAN 8 lewat jalur zonasi. Namun setahun berlalu, pada tahun berikutnya yang bersangkutan tak melanjutkan pendidikan di sekolah itu alias mundur karena diantaranya tidak kuat mengikuti pembelajarannya. Pengamatan Rika saat beberapa waktu lalu memonitoring SMAN 8 disebut bahwa sekolah itu memang sangat disiplin dan teratur.

Menurut analisis Rika, warganya dan anak-anak usia SMA di wilayahnya rerata memahami kondisi dan kualitas diri. Semisal berasal dari SMP yang cenderung biasa saja prestasinya, beralih ke SMAN 8 cenderung culture shock.

"Jadi mungkin warga Bukit Duri sadar diri mau dipaksakan masuk pun enggak bisa walaupun zona aman, walaupun jatah zonasi lebih banyak," ungkap dia.

Pada akhirnya, banyak anak-anak usia SMA yang memilih bersekolah di wilayah tetangga, seperti kawasan Manggarai. Kondisi itu cukup disayangkan, namun Rika kembalikan hal itu pada kemampuan dan keberanian warga-warganya.

Rika mengaku sebenernya setuju dengan sistem zonasi karena bisa memberikan pengalaman yang membanggakan bisa bersekolah di sekolah favorit.

"Setuju sih, yang tadinya enggak mampu untuk sekolah di sana jadinya ketolong jadi merasakan gimana sih di sekolah favorit walaupun akhirnya mundur," ujar dia.

Ke depan, dia berharap para warganya bisa lebih percaya diri untuk memanfaatkan sistem zonasi yang diberlakukan dalam PPDB.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement