REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta dana tambahan dari negara anggotanya untuk 2 juta lebih warga Palestina saat memperkirakan kebutuhan mendesak pascaserangan mematikan Israel di kamp pengungsi di Kota Jenin di wilayah Tepi Barat yang diduduki.
"Akibat kerusakan infrastruktur yang signifikan, seluruh kamp tidak memiliki air dan beberapa warga kehilangan tempat tinggal," kata wakil juru bicara PBB Farhan Haq kepada wartawan pada Jumat (7/7/2023).
"Menurut taksiran mitra-mitra organisasikemanusiaan kami, lebih dari 100 rumah kehilangan akses ke sistem saluran pembuangan," ujarnya.
Farhan mengatakan PBB akan berfokus pada perbaikan air dan jaringan saluran pembuangan dalam beberapa hari ke depan, selain menyediakan bantuan mendesak makanan dan uang tunai serta dukungan psikososial, terutama untuk anak-anak. "Mitigasi untuk senjata yang tidak meledak juga menjadi prioritas," katanya.
"Untuk mendukung upaya ini, kami mendesak negara-negara anggota untuk menambah dana mereka untuk aksi tanggap kemanusiaan," tambahnya.
Rencana tanggap kemanusiaan PBB untuk wilayah-wilayah pendudukan Palestina hanya didanai 20 persen.
Sementara itu, Koordinator Kemanusiaan untuk Wilayah Pendudukan Palestina Lynn Hastings juga mengabarkan kondisi terkini di Jenin ke Dewan Keamanan PBB. Dewan beranggotakan 15 negara itu mengelar rapat tertutup pada Jumat untuk membahas serangan mematikan Israel di Jenin.
Militer Israel mundur dari Kota Jenin pada Rabu pagi, yang menyudahi operasi militer terbesar mereka di Jenin dalam lebih dari 20 tahun. Sedikitnya 12 warga Palestina, termasuk lima anak, tewas dan lebih dari 140 lainnya terluka dalam penyerbuan tersebut, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Aksi Israel di Jenin dimulai sejak Senin dan meninggalkan jejak kehancuran di seluruh wilayah Tepi Barat, dengan puluhan rumah, kendaraan, toko dan jalur utilitas hancur.