Ahad 09 Jul 2023 20:17 WIB

Konstipasi Hingga Obesitas, Pola Makan Ini Bantu Perbaiki Kondisi Usus Besar

Kondisi kesehatan seseorang ditentukan dari apa yang orang itu makan.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Friska Yolandha
Sembelit (ilustrasi). Ahli gastroenterologi menyimpulkan bahwa kondisi kesehatan ditentukan dari apa yang orang itu makan.
Foto: www.freepik.com.
Sembelit (ilustrasi). Ahli gastroenterologi menyimpulkan bahwa kondisi kesehatan ditentukan dari apa yang orang itu makan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli gastroenterologi (spesialisasi ilmu kedokteran yang berkonsentrasi pada penyakit sistem pencernaan) terkemuka di dunia, dr Hiromi Shinya telah melakukan observasi usus besar selama puluhan tahun. Mendiang dr Hiromi menyimpulkan bahwa kondisi kesehatan ditentukan dari apa yang orang itu makan.

“Kalau ususnya baik, maka dia sehat. Kalau sususnya buruk, maka dia tidak sehat,” kata seorang praktisi kesehatan dan penulis buku, Erikar Lebang menggutip penjelasan dr Hiromi dalam jumpa pers Food Combining Indonesia di Jakarta Pusat, Ahad (9/7/2023).

Baca Juga

Erikar menjelaskan bahwa usus yang sehat itu pola makannya sederhana, yaitu 85 persen buah, sayur-sayuran segar, biji-bijian; 15 persen protein hewani; dan 3 liter-3,5 liter air putih berkualitas. Dalam sebuah gambar usus hasil observasi dr Hiromi, Erikar menjelaskan orang yang mengalami obsitas itu otot perutnya terlihat lelah dan kotor, karena beban “kerja” memijatnya tinggi. Umumnya, Erikar menjelaskan orang dengan obesitas itu memiliki pola makan yaitu diet tinggi protein dan rendah karbohidrat, serta dehidrasi.

Dengan tampilan yang hampir sama, Erikar menunjukkan gambar usus orang dengan kolesterol tinggi. Mereka memiliki pola makan tinggi protein dan rendah karbohidrat, serta gemar mengonsumsi susu dan turunannya. Kemudian, kondisi usus orang yang menderita konstipasi itu tampak banyak kotoran tertinggal/menempel. Hal itu salah satunya karena efek buruk gluten. Orang sering menyebut gluten memiliki efek buruk bagi kesehatan. Gluten sendiri merupakan substansi kenyal yang membuat roti menjadi empuk, lumer di mulut, kenyal. Namun, efek lengket yang dibawa gandum itu menempel di usus. Orang dengan konstipasi umumnya gemar mengonsumsi roti putih (turunan tepung), serta teh dan kopi.

Apa yang bisa dilaakukan untuk memperbaiki kondisi usus tersebut? Erikar mengatakan Anda dapat mengganti pola makan berupa 90 perseb buah, sayur-sayuran segar, biji-bijian; 10 persen protein hewani; 3-3,5 persen air putih berkualitas. dalam waktu tiga bulan, pola makan ini membuat kondisi usus akan berubah lebih baik.

“Makaknan itu paling utama (menentukan kesehatan) bukan stres. Justru, makan yang baik dan benar bisa membuat tingkat stres menurun,” ujar Erikar.

Dia menekankan bahwa ketika usus menjadi lebih baik, maka tubuh menjadi lebih sehat. Gaya hidup sangat menentukan kesehatan. Gaya hidup yang sehat itu bisa menjauhkan Anda dari segala penyakit, tetapi membutuhkan kerja keras dan komitmen. Gaya hidup sehat, misalnya dapat dilakukan dengan sarapan buah-buahan daripada roti bakat atau bubur ayam.

“Mulai dari pola makan. Kita mengacu ke hal paling sederhana, petakan makanan yang umumnya kita makan itu konteksnya seperti apa,” kata Erikar.

Ada banyak orang yang memiliki pola makan tinggi konsumsi daging, roti, butter, suplemen, teh/kopi, minuman kemaasan, dan lain-lain. Padahal, sistem tubuh manusia tidak didesain untuk mencerna makanan seperti itu. Kalau konsumsi makanan itu dominan, maka jangan menyalahkan stres jika sakit.

“Kalau ini rutin di hidup kita, maka janggan heran kalau sakit. Bagi orang yang merutinkan hal ini, maka mereka menganggap sehat itu mahal,” ujar Erikar.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement