REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Keputusan AS mengirimkan bom tandan ke Ukraina sebagai bagian dari paket bantuan militer mengalahkan Rusia, mendapatkan penentangan. Bahkan ini dilakukan oleh negara yang selama ini dikenal sebagai sekutu AS.
Mereka khawatir akan dampak penggunaan bom tandan dalam perang di Ukraina. Jumat (7/7/2023) AS telah memastikan akan mengirimkan senjata tersebut. Presiden AS Joe Biden menyebutnya sebagai keputusan yang sulit.
Biden mengaku dalam waktu singkat diyakinkan untuk memutuskan mengirimkan bom tandan ke Ukraina. Ia akhirnya menetapkan kebijakan tersebut dengan alasan,’’Ukraina kehabisan amunisi’’ dalam melawan Rusia.
Menteri pertahanan Ukraina meyakinkan, akan menggunakan bom tandan hanya untuk mendobrak pertahanan musuh. Bukan digunakan di area yang berpenduduk sipil.
Tak lama kemudian Inggris, Kanada, Selandia Baru, Spanyol, dan Jerman menentang keputusan AS mengirimkan bom tandan ke Ukraina. Apalagi, bom jenis ini dilarang di lebih 100 negara karena membahayakan warga sipil.
Saat bom tandan diluncurkan, maka akan merilis bom-bom berukuran kecil dalam jumlah banyak yang bisa membunuh siapa saja termasuk warga sipil dalam rentang wilayah yang luas. Senjata ini juga memicu kontroversi terkait bom-bom kecil yang gagal meledak atau dud rate.
Bom yang gagal meledak saat dilepas, bisa saja kelak meledak dan menelan korban warga sipil. Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak saat ditanya posisinya dalam isu ini, ia menyatakan Inggris merupakan salah satu dari 123 negara penandatangan Convention on Cluster Munitions.
Konvensi ini melarang.....