Senin 10 Jul 2023 10:41 WIB

Pembakaran Alquran di Swedia, Erdogan: Muslim Satu Hati, Harus Bersatu Lawan Islamofobia

Muslim memiliki tanggung jawab agar pembakaran Alquran tidak terulang.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Foto: AP Photo/Francisco Seco
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan umat Muslim harus bergandengan tangan dan menyatukan hati agar tidak ada seorang pun di dunia yang berani menyerang kesucian umat Islam.

Erdogan menekankan perlunya tindakan kolektif untuk mengatasi meningkatnya Islamofobia dan xenofobia di negara-negara Barat.

Baca Juga

"Serangan keji terhadap kitab suci kita, Alquran di Swedia pada hari pertama Idul Adha mengungkapkan dimensi Islamofobia yang mengerikan," katanya dalam sebuah video yang dikirim ke Konvensi Tahunan ke-46 Asosiasi Dokter Keturunan Pakistan-Amerika Utara.

Erdogan menekankan pada tanggung jawab semua Muslim untuk mencegah terulangnya kembali aksi pembakaran terhadap kitab suci umat Islam.

“Kita semua, semua Muslim, memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa tindakan seperti itu, yang sangat kita tanggapi di Turki, tidak terulang. Jika kita bertindak sebagai satu hati dan satu pergelangan tangan, tidak ada seorang pun di dunia yang berani menyerang kesucian umat Islam,” katanya.

Erdogan juga mengakui ikatan yang kuat antara Turki dan Pakistan sebagai dua negara persaudaraan, menyoroti hubungan luar biasa antara kedua negara.

Kemarahan atas penodaan Quran disetujui oleh Swedia

Kemarahan meningkat di negara-negara Muslim ketika seorang pria, yang diidentifikasi di media Swedia sebagai seorang imigran Kristen Irak, membakar Alquran di luar masjid di Stockholm pada Idul Adha.

Tindakan itu disetujui oleh Swedia. Tetapi polisi negara itu kemudian membuka penyelidikan terhadap penyerang tersebut.

Dari Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan, Swedia menghadapi reaksi keras dari negara-negara Muslim dan bahkan minoritas Kristen. Ribuan orang memprotes di Pakistan dan Irak, Maroko menarik utusannya ke Swedia, Iran menunda penunjukan duta besar baru untuk Swedia, dan negara-negara lain mengecam tindakan tersebut sebagai protes terhadap Stockholm.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement