REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Anggota parlemen oposisi Korea Selatan, Wi Seong-gon, meminta Jepang mempertimbangkan kembali rencana melepaskan air radioaktif yang diolah dari PLTN Fukushima. "Jepang harus menunda rencana pelepasan air yang terkontaminasi dan mempertimbangkan alternatif lain dengan komunitas internasional," kata Wi, yang juga anggota parlemen dari Partai Demokrat, usai bertemu dengan Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Seoul, mengutip Anadolu, Senin (10/7/2023).
Dalam pertemuan itu, Wi menyuarakan keprihatinan Korsel atas rencana Jepang untuk melepaskan air radioaktif dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN)Fukushima. Sementara anggota Partai Demokrat lainnya, Woo Won-shik, menyatakan penyesalan atas dukungan IAEA terhadap rencana pelepasan air radioaktif meskipun masih ada kekhawatiran publik atas potensi dampak jangka panjang dari limbah tersebut terhadap manusia dan lingkungan.
Menurut dia, penilaian IAEA yang sejak awal mendukung keputusan Jepang, telah kehilangan netralitas dan objektivitas.
"Sangat disesalkan bahwa (IAEA) membuat kesimpulan tanpa menyelidiki dengan benar dampak (pelepasan air) pada negara-negara tetangga," kata Woo.
Menanggapi hal tersebut, Grossi mengatakan bahwa IAEA sepenuhnya memahami kekhawatiran publik Korsel dan dia mengunjungi Seoul untuk mengatasi isu itu. "Masalah yang dihadapi hari ini telah menarik banyak perhatian dan ini benar-benar logis," kata Grossi, dalam pertemuan yang berlangsung di Majelis Nasional Korsel.
Dia menegaskan kembali temuan laporan IAEA bahwa rencana pelepasan air radioaktif Jepang telah sesuai dengan standar keamanan internasional, dan badan tersebut akan terus memantau proses pelepasan selama beberapa dekade untuk memastikan itu dilakukan sesuai rencana. Sehari sebelumnya, Grossi bertemu dengan Kepala Komisi Keselamatan dan Keamanan Nuklir Korsel Yoo Guk-hee dan Menteri Luar Negeri Korsel Park Jin untuk membahas masalah tersebut.
Mengakhiri kunjungannya di Seoul, Grossi membagikan foto pertemuannya dengan pemerintah Korsel di Majelis Nasional di Twitter dan menulis bahwa IAEA menanggapi keprihatinan rakyat Korsel dengan sangat serius.
"Transparansi dan dialog terbuka tentang pelepasan air yang diolah di PLTN Fukushima adalah prioritas bagi kami," tulis dia.