Selasa 11 Jul 2023 18:31 WIB

Jangan Tertipu Vishing, Ini Modusnya

Tipuan ini dimulai masuknya email dari toko daring besar atau sistem pembayaran.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Natalia Endah Hapsari
 Ada taktik penipuan bernama vishing (voice phishing) yang merupakan taktik penipuan dengan cara meyakinkan seseorang untuk menelepon penipu dunia maya dan membagikan informasi pribadi(ilustrasi)
Foto: axegreen31.blogspot.com
Ada taktik penipuan bernama vishing (voice phishing) yang merupakan taktik penipuan dengan cara meyakinkan seseorang untuk menelepon penipu dunia maya dan membagikan informasi pribadi(ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Kejahatan dunia maya merajalela. Saat lengah, kita bisa saja kehilangan uang jutaan rupiah hanya karena menerima telepon. Dilansir dari Make Use Of, Selasa (11/7/2023), ada taktik penipuan bernama vishing (voice phishing). Ini merupakan taktik penipuan dengan cara meyakinkan seseorang untuk menelepon penipu daring dan membagikan informasi pribadi, misalnya data bank melalui telepon.

Seperti skema phishing lainnya, tipuan ini dimulai masuknya email dari toko daring besar atau sistem pembayaran. Email tersebut misalnya berisi surat palsu dari Paypal mengenai permintaan penarikan uang dalam jumlah besar dari akun Anda.  

Baca Juga

Namun, ada perbedaan dari kedua teknis penipuan tersebut, yaitu email phishing biasanya meminta korban mengeklik tautan tertentu untuk membatalkan pembelian, sementara vishing email meminta korban segera menelpon Customer Support yang tertera di email.

Melalui siaran pers yang diterima Republika, pakar keamanan Kaspersky menekankan bahwa metode ini dipilih oleh penipu dunia maya, karena ketika korban melihat situs phishing, mereka mempunyai waktu sebelum memutuskan tindakan, atau mengenali tanda-tanda bahwa situs tersebut bukan situs resmi.

Namun, ketika korban berbicara melalui telepon, mereka dihadapkan dengan situasi yang membingungkan dan memiliki tendensi untuk kehilangan fokus. Di situasi ini, penipu akan melakukan apa saja untuk memastikan korban tetap di bawah tekanan, yakni membuat korban merasa terburu-buru, mengintimidasi dan meminta mereka segera memberikan detail kartu kredit untuk membatalkan ‘transaksi’ palsu tersebut.

Setelah mendapatkan detail rekening bank korban, para pelaku kejahatan siber ini akan menggunakan informasi tersebut untuk mencuri uang dan menguras tabungan korban.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement