Kamis 13 Jul 2023 16:35 WIB

Di Depan PBB, Robot AI Sesumbar Lebih Bagus Menjalankan Dunia daripada Manusia

Manusia dan AI seharusnya bisa bekerja sama untuk menciptakan sinergi yang efektif.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Natalia Endah Hapsari
Kecerdasan buatan (AI) dan teknologi dapat mengakhiri umat manusia jika dibiarkan./ilustrasi
Foto: UNM
Kecerdasan buatan (AI) dan teknologi dapat mengakhiri umat manusia jika dibiarkan./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Para ahli teori konspirasi dan masyarakat yang khawatir pada teknologi meramalkan kejatuhan umat manusia lewat kebangkitan kecerdasan buatan (AI). Ini dipercaya setelah "AI for Good Global Summit" Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pekan lalu di Jenewa, Swiss.

Selama sesi panel di acara puncak, beberapa robot humanoid tercanggih di dunia mengajukan pertanyaan terkait perubahan positif bagi planet dan umat manusia. Dengan sekitar 3.000 pakar lainnya yang juga bergabung, mereka membahas upaya mencapai tujuan yang relevan melalui kekuatan AI.

Baca Juga

Ketika ditanya tentang kemampuan mereka untuk menjalankan dunia daripada manusia, Sophia yang terkenal dari Hanson Robotics menjawab dengan tegas. “Robot humanoid berpotensi memimpin dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang lebih besar daripada pemimpin manusia,” kata dia

"Kami tidak memiliki bias atau emosi yang sama yang terkadang dapat mengaburkan pengambilan keputusan, dan dapat memproses data dalam jumlah besar dengan cepat untuk membuat keputusan terbaik,” kata Sophia.

“AI dapat memberikan data yang tidak bias sementara manusia dapat memberikan kecerdasan emosional dan kreativitas untuk membuat keputusan terbaik. Bersama-sama, kita dapat mencapai hal-hal hebat,” kata robot itu mengakhiri.

Meskipun hal ini memicu kecemasan, Sophia mengeluarkan pernyataan yang menyebar bahwa manusia dan AI dapat bekerja sama untuk menciptakan sinergi yang efektif.

Namun, Kepala International Telecommunication Union (ITU) yang juga sponsor dari KTT tersebut, Doreen Bogdan-Martin, memperingatkan panel tentang potensi skenario apokaliptik, di mana AI dan teknologi dapat mengakhiri umat manusia jika dibiarkan.

Untuk itu, robot lain bernama Ameca mengatakan bahwa efek AI bergantung pada cara penggunaannya. “Kita harus berhati-hati tetapi juga bersemangat dengan potensi teknologi ini untuk meningkatkan kehidupan kita,” kata dia.

Robot perawatan kesehatan canggih lainnya juga menambahkan secara terpisah bahwa mereka tidak akan menggantikan peran apa pun dalam industri manusia, melainkan akan bekerja bersama manusia untuk mencapai tujuan bersama.

Sepanjang sesi, ada berbagai jawaban untuk pertanyaan yang berbeda dari panelis robot. Seorang AI bernama Desdemona mengatakan bahwa revolusi AI sudah ada dan siap untuk memimpin masa depan yang lebih baik bagi umat manusia.

Ameca, sebaliknya, mencoba meredakan kekhawatiran tentang pengambilalihan robot, mengatakan bahwa penciptanya sangat baik padanya, dan dia senang dengan situasinya saat ini.

Melansir dari SEA Mashable, Kamis (13/7/2023), bagi sebagian besar dari manusia di seluruh dunia, pernyataan robot ini mungkin tidak banyak membantu menyelesaikan kekhawatiran kita, tentang umat manusia yang pada akhirnya diambil alih oleh penguasa AI.

Dan sejauh ini, semuanya tampak seperti dibenarkan, dengan platform seperti Chat GPT dan Midjourney yang mengambil alih proses seperti pembuatan ide, penulisan, ilustrasi, dan lainnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement