Rabu 19 Jul 2023 12:16 WIB

Hadapi Banyak Pertentangan, AS Tetap Ingin Jalin Kerja Sama Iklim dengan Cina

Presiden AS Joe Biden menunjuk John Kerry sebagai utusan khusus untuk iklim.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Bendera Cina-Amerika
Foto: washingtonote
Bendera Cina-Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Utusan Khusus Presiden AS untuk Iklim John Kerry bertemu Wakil Presiden Cina Han Zheng di Beijing, Rabu (19/7/2023). Pada kesempatan itu, Kerry menyampaikan bahwa perubahan iklim adalah ancaman universal dan harus ditangani secara terpisah dari masalah diplomatik.

Kerry mengakui adanya tantangan diplomatik yang terjadi antara AS dan Cina. Kendati demikian, dia menekankan, perubahan iklim harus diperlakukan sebagai tantangan yang “berdiri bebas” dan membutuhkan upaya kolektif kedua negara. “Kita memiliki kemampuan untuk membuat perbedaan sehubungan dengan iklim,” ujarnya saat bertemu Han Zheng di Aula Besar Rakyat.

Baca Juga

Kerry tiba di Cina pada Ahad (16/7/2023) lalu. Sebelum bertemu Han Zheng, dia sudah melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Cina Li Qiang, Direktur Komisi Urusan Luar Negeri Komite Sentral Partai Komunis Cina Wang Yi, dan Utusan Khusus Cina untuk Iklim Xie Zhenhua.

Serangkaian pertemuan itu dipandang sebagai upaya Kerry membangun kembali kepercayaan antara AS dan Cina menjelang United Nations Climate Change Conference ke-28 (COP28) yang diagendakan digelar di Dubai, Uni Emirat Arab, akhir tahun ini.

"Jika kita dapat berkumpul bersama selama bulan-bulan depan ini menjelang COP28, yang akan menjadi yang paling penting sejak Paris, kita akan memiliki kesempatan untuk dapat membuat perbedaan besar pada masalah ini," kata Kerry kepada Han Zheng.

Sementara itu Han mengatakan Cina dan AS telah mempertahankan komunikasi erat serta dialog tentang iklim sejak Kerry ditunjuk sebagai utusan khusus iklim oleh Presiden AS Joe Biden. Dia menambahkan, pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh kedua belah pihak telah mengirim "sinyal positif" ke dunia.

Sebelumnya Kerry mengungkapkan kepada awak media bahwa pembicaraannya dengan sejumlah pejabat Cina pekan ini konstruktif tetapi rumit. Hal itu karena AS dan Cina masih berurusan dengan "eksternalitas" politik, termasuk Taiwan. "Kami hanya terhubung kembali. Kami mencoba membangun kembali proses yang telah kami kerjakan selama bertahun-tahun," ujarnya.

"Kami mencoba mengukir jalan yang sangat jelas bagi polisi untuk dapat bekerja sama dan bekerja seperti yang kami inginkan dengan semua eksternalitas," kata Kerry.

AS dan Cina adalah dua negara penyumbang emisi karbon terbesar di dunia. Kerja sama kedua negara untuk mereduksi produksi emisi karbon, termasuk dalam penanganan perubahan iklim, diharapkan komunitas internasional.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement