Ahad 23 Jul 2023 09:04 WIB

Rekor Ratusan Tahun Terpecahkan, Juli 2023 Jadi Bulan Terpanas Sepanjang Sejarah

Pemicunya adalah gelombang panas yang melanda sebagian negara di Eropa.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Natalia Endah Hapsari
Bulan Juli 2023 tercatat sebagai waktu terpanas dalam ratusan tahun, bahkan bisa jadi selama ribuan tahun./ilustrasi
Foto: AP/Dominic Lipinski/PA
Bulan Juli 2023 tercatat sebagai waktu terpanas dalam ratusan tahun, bahkan bisa jadi selama ribuan tahun./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Juli 2023 tercatat sebagai waktu terpanas dalam ratusan tahun, bahkan bisa jadi selama ribuan tahun. Kondisi itu terutama akibat gelombang panas yang melanda sebagian negara di Eropa, yang dijuluki gelombang panas Cerberus dan Charon.

Dikutip dari laman Daily Mail, Ahad (23/7/2023), suhu di Turki, Yunani, Italia, Siprus, dan Spanyol telah mencapai 40 derajat Celsius. Pihak berwenang sejumlah negara di Eropa telah mendesak warganya tetap berdiam di rumah guna menghindari gelombang panas.

Baca Juga

Sementara, petugas pemadam kebakaran bergulat dengan kebakaran hutan besar di Athena dan California. Ahli iklim Gavin Schmidt menekankan bahwa Bumi sedang menghadapi perubahan besar yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Itu terlihat dari banyaknya negara mencapai suhu yang memecahkan rekor, termasuk Eropa, Amerika Serikat, dan Cina. Schmidt percaya ada peluang bahwa 2023 akan menjadi tahun terpanas dalam catatan sejarah, sementara ada ilmuwan lain yang mengklaim peluangnya bisa mencapai 80 persen.

Prediksi tersebut didasarkan pada data iklim yang dihimpun Uni Eropa dan Universitas Maine di AS, yang menunjukkan bahwa Juli 2023 mencatatkan suhu harian amat tinggi. Data didapat menggunakan kombinasi data darat dan satelit, yang juga mengungkap lonjakan panas yang ekstrem.

Schmidt mengklaim efek ini tidak dapat semata-mata dikaitkan dengan fenomena cuaca El Nino, yang baru saja muncul. El Nino mengacu pada pemanasan air permukaan Samudra Pasifik yang dapat memiliki pengaruh besar pada pola cuaca di seluruh dunia.

Direktur Institut Studi Luar Angkasa NASA Goddard di New York itu yakin temuan akan segera tercermin dalam laporan bulanan yang lebih kuat yang dikeluarkan kemudian oleh badan-badan AS lainnya. "Kami telah melihat suhu permukaan laut yang memecahkan rekor, bahkan di luar daerah tropis, selama berbulan-bulan sekarang," kata Schmidt.

Pada 11 Juli 2023, suhu permukaan tanah di beberapa wilayah komunitas otonom di Spanyol melebihi 60 derajat Celsius. Hal serupa diantisipasi akan terus berlanjut, apalagi warga Bumi terus memasukkan gas rumah kaca ke atmosfer lewat berbagai tindakan.

Meski demikian, ada juga negara di Eropa yang tidak terpapar gelombang panas, salah satunya adalah Inggris. Dosen perubahan iklim di University of Sussex, Melissa Lazenby, menjelaskan alasan Inggris tidak dilanda suhu tinggi, padahal sebagian besar negara di benua Eropa mengalaminya.

Lazenby mengatakan, alasannya yakni posisi sistem tekanan tinggi yang tidak mencakup Inggris dan terletak lebih jauh ke selatan. Itu memberikan kondisi atmosfer yang stabil sehingga tidak meningkatkan pemanasan dan menghasilkan gelombang panas.

Namun, dia mengantisipasi bahwa 2024 akan menjadi tahun yang lebih hangat di Inggris. "Akan dimulai dengan fenomena El Nino yang sedang berkembang sekarang, dan diprediksi mencapai puncaknya menjelang akhir tahun ini," ucap Lazenby.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement