Selasa 25 Jul 2023 20:24 WIB

Satu Kantor Raksasa E-Commerce Iran Ditutup Setelah Unggah Foto Karyawan tanpa Jilbab

Sedangkan situs web beroperasi secara normal.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Bendera Iran.
Foto: EPA-EFE/ALEXANDER BECHER ID: 9542194
Bendera Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Pihak berwenang Iran telah menutup salah satu kantor perusahaan e-commerce terbesar di negara itu. Mereka bahkan membawanya ke ranah hukum setelah perusahaan tersebut mengunggah foto karyawan wanitanya tidak mengenakan jilbab.

Langkah tersebut tampaknya menjadi bagian dari kampanye baru yang diluncurkan pekan lalu untuk memberlakukan aturan berpakaian Islami. E-commerce terbesar yang dimaksud adalah Digikala, yang secara informal dikenal sebagai "Amazon Iran". Digikala diduga telah melanggar aturan dengan memposting gambar pertemuan perusahaan di mana beberapa karyawan wanitanya tidak mengenakan jilbab.

Baca Juga

Digikala memiliki 40 juta lebih pengguna aktif bulanan dan menampung lebih dari 300 ribu pedagang online. Sebagian besar masyarakat Iran tidak bisa mengakses pengecer internasional seperti Amazon karena sanksi Barat terkait dengan program nuklir Iran.

Situs harian Hamshahri Iran, yang berafiliasi dengan pemerintah kota di ibu kota, Teheran, melaporkan Ahad malam bahwa salah satu kantor Digikala telah disegel. Sedangkan situs web beroperasi secara normal.

Situs web kehakiman Iran menyebut, kasus telah dibawa ke pengadilan sehubungan dengan foto karyawan tidak menggunakan jilbab tersebut. Tetapi tidak ada penjelasan lanjut.

Protes nasional meletus pada musim gugur lalu setelah Mahsa Amini (22 tahun) meninggal dalam tahanan polisi moralitas. Amini ditahan karena melanggar kode berpakaian negara, yang mengharuskan pria dan wanita berpakaian konservatif dan wanita menutupi rambut mereka di depan umum.

Protes, di mana perempuan memainkan peran utama, dengan cepat meningkat menjadi seruan untuk menggulingkan teokrasi Iran. Iran mengambil alih kekuasaan setelah revolusi 1979. Pihak berwenang menanggapi dengan tindakan keras di mana lebih dari 500 pengunjuk rasa tewas dan hampir 20 ribu ditahan.

Protes sebagian besar mereda pada awal tahun ini, tetapi masih ada tanda-tanda ketidakpuasan yang meluas. Setelah protes dimulai, polisi moralitas sebagian besar menghilang dari jalanan dan banyak wanita terutama di Teheran dan kota-kota lain berhenti mengenakan jilbab mereka.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement