Sabtu 29 Jul 2023 09:12 WIB

Pengamat: Kedewasaan Politik Partai Golkar Diuji

Gejolak internal seperti saat ini juga pernah terjadi saat Aburizal Bakrie memimpin.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Teguh Firmansyah
Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto saat Konsolidasi DPD Golkar Kabupaten dan Kota se-Sumatra Utara, Kamis (22/6/2023).
Foto: dok partai golkar
Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto saat Konsolidasi DPD Golkar Kabupaten dan Kota se-Sumatra Utara, Kamis (22/6/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pengamat politik dari Universitas Andalas, Najmuddin Rasul, menilai pemanggilan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto oleh Kejaksaan Agung dan isu melengserkan Airlangga dari posisi ketum lewat Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) menandakan kedewasaan Partai Golkar dalam berpolitik kembali diuji.

Menurut Najmuddin, Golkar sudah kerap menghadapi ujian seperti ini setiap mendekati tahun-tahun politik.

Baca Juga

“Kedewasaan politik elite Partai Golkar kembali diuji. Hal demikian terlihat riak-riak politik yang muncul internal Golkar. Ada beberapa kader Golkar menginginkan Munaslub untuk menggantikan Airlangga  dan ada pula yang tetap mendukung Airlangga senagai Ketum Golkar,” kata Najmuddin, Jumat (28/7/2023).

Najmuddin menyebut gejolak dari internal Golkar akibat perbedaan pandangan politik ini juga terjadi sebelum Pemilu 2014 lalu. Ketika itu Golkar dipimpin dan mencapreskan Aburizal Bakrie. Tapi Pemilu sudah dekat, elektabilitas Aburizal tidak kunjung meningkat sehingga ketika itu ada aspirasi dari kader mengevaluasi pencapresan Aburizal.

Hal yang kurang lebih sama menurut Najmuddin juga dialami Golkar saat ini. Di mana elektabilitas Airlangga yang dicapreskan Golkar sangat rendah. Namun partai tersebut juga belum mengambil sikap apakah terus mengusung Airlangga atau bergabung dengan koalisi lain.

“Bagi Golkar persoalan ini mungkin biasa. Tapi Airlangga juga harus cepat mengambil sikap dan mengoreksi diri,” ujar Najmuddin.

Najmuddin menambahkan kerap terjadi gejolak di internal Golkar merupakan hal positif dalam pendidikan demokrasi. Karena di partai penguasa di zaman Orde Baru tersebut, tidak ada tokoh sentral yang punya kekuatan absolut. Karena menurut dia Golkar adalah partai kader di mana mereka sangat terbuka dalam penyampaikan sikap dan pandangan. Berbeda dengan partai lain kebanyakan di Indonesia yang dikuasai sosok sentral yang punya kuasa penuh terhadap kebijakan partai.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement