REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Otoritas penerbangan sipil Sudan memperpanjang penutupan ruang udara Sudan sampai 15 Agustus kecuali untuk penerbangan evakuasi dan bantuan kemanusiaan. Hal ini diumumkan Bandara Internasional Khartoum dalam pernyataannya, Senin (31/7/2023) pagi.
Ruang udara Sudan ditutup untuk penerbangan reguler setelah konflik militer antara angkatan bersenjata dan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) pecah pada pertengahan April lalu. Pada Jumat (28/7/2023) pemimpin RSF Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo yang dikenal Hemedti menyerukan pergantian pemimpin angkatan bersenjata dalam penampilan pertamanya di publik usai konflik pecah.
Perebutan kekuasaan antara militer dan RSF pecah saat masa transisi ke pemerintahan sipil. Konflik itu memaksa 3 juta orang mengungsi dan mengakibatkan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Menurut sukarelawan setempat di Khartoum saja sudah sekitar 580 orang sipil tewas dalam konflik ini. Video Hemedti yang diunggah di halaman Facebook RSF menunjukkan ia dikelilingi anggota RSF.
Ia meminta maaf pada rakyat Sudan atas dampak konflik yang sedang berlangsung. "Kami memberi tahu saudara kami di angkatan bersenjata, bila anda ingin solusi cepat, ganti pemimpin anda dan kami akan membuat kesepakatan dalam 72 jam," katanya.
Hemedti juga memperingatkan mantan pejabat pemerintah mantan Presiden Omar Al Bashir, Ahmed Haroun, yang melarikan diri dari penjara pada akhir April lalu, merupakan ketua komite keamanan di bagian timur Sudan yang dikuasai angkatan bersenjata. Dalam pesan suara sebelumnya Hemedti menuduh Angkatan Bersenjata menerima perintah dari loyalis diktaktor Al Bashir yang berkuasa selama hampir tiga dekade.