Selasa 01 Aug 2023 05:39 WIB

Pembakaran Alquran yang Terus Terulang Bukan Sekadar Islamofobia

Pembakaran Alquran terus terjadi di sejumlah negara Eropa.

Red: Muhammad Hafil
 Pembakaran Alquran terus terjadi di sejumlah negara Eropa. Foto:  Islamofobia (ilustrasi)
Foto: Bosh Fawstin
Pembakaran Alquran terus terjadi di sejumlah negara Eropa. Foto: Islamofobia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Berbagai aksi pembakaran Alquran terus dilakukan di Denmark maupun Swedia. Aksi pembakaran secara bergantian dilakukan di depan kedubes negara-negara Muslim. Sosiolog agama, Prof HM Baharun menilai, pembakaran Alquran yang terus dilakukan itu bukan sekadar Islamphopia. 

"Insiden pembakaran Alquran yang terus terulang, saya kira buka sekedar islamofobia, tapi sentimen agama yang berbahaya," ujar Prof Baharun saat dihubungi Republika.co.id belum lama ini. 

Baca Juga

Guru Besar Sosiologi Agama Uuniversitas Ibrahimy Jawa Timur ini menjelaskan, yang dibakar, diinjak-injak dan dilecehkan itu adalah kitab suci lebih dari 1,3 Miliar pemeluk umat Islam se-Dunia. Menurut dia, kejadian ini sulit diterima akal sehat, apapun alasan mereka. 

"Malah lebih tak rasional jika dikaitkan dengan kebebasan berekspresi, hak asasi dan demokrasi. Peristiwa ini mencerminkan budaya yang buruk bagi pemerintahan manapun yang membenarkan perilaku amoral dan biadab itu," ucap Prof Baharun.

Ketua Komisi Hukum MUI ini mengatakan,  pembakaran Alquran ini yang dilakukan mereka bertentangan dengan kerukunan umat beragama dan dilakukan untuk menghina Islam. Namun, menurut Prof Baharun, sekarang ini justru membuat orang non Muslim untuk mempelajari Islam dari sumbernya. 

"Justru tindakan dendam dengan Islam ini menjadi kontraproduktif bagi toleransi dan kerukunan umat beragama. Fenomena baru yang muncul kini banyak non Muslim di mancanegara yang mau mempelajari Islam dari sumbernya, bukan dari musuh-musuhnya," kata dia. 

Dia pun mengimbau kepada umat Islam untuk merespons aksi pembakaran Alquran di Denmark maupun di Swedia. Menurur dia, protes harus terus disuarakan untuk menghentikan aksi mereka. 

"Tentu saja kita harus protes atas kebrutalan ini agar tidak jadi pembenar kelompok islamofobia.

Kita jangan ikut-ikutan balas dendam, karena Islam tidak mengajarkan hal itu," jelas Prof Baharun.

Seperti diketahui, pembakaran Alquran di Denmark dan Swedia dalam beberapa pekan terakhir semakin membuat marah umat Islam di seluruh dunia.

Aksi pembakaran secara bergantian dilakukan di depan kedubes negara-negara Muslim. Pada Selasa (25/7/2023) Alquran dibakar di dua tempat berbeda, yaitu di depan Kedubes Turki dan Mesir di Kopenhagen, ibu kota Denmark. 

Aktivis Danish Patriots adalah pelaku serupa yang melakukan pembakaran tersebut. Sebelumnya, mereka juga membakar Alquran pada Jumat (21/7/2023) dan Senin (24/7/2023) di depan Kedubes Irak di Kopenhagen. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement