Rabu 02 Aug 2023 06:29 WIB

Dialiri Dua Sungai Besar, Jaringan Air Minum di Sidoarjo Baru 37 Persen

BHS mengkritik tarif air PDAM Sidoarjo jauh lebih mahal daripada Surabaya.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Penumpang menaiki perahu melewati Sungai Porong menuju menuju Pulau Lusi di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Foto: ANTARA/Umarul Faruq/rwa.
Penumpang menaiki perahu melewati Sungai Porong menuju menuju Pulau Lusi di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim) dilewati dua sungai besar, yaitu Sungai Porong dan Sungai Surabaya. Sayangnya, akses jaringan pipa air minum ke warga masih berkisar 37 persen. Hingga saat ini, Sidoarjo masih tergantung sekitar 60 persen dari aliran air Umbulan, Kabupaten Pasuruan, untuk pasokan air minum warga.

Ketua Dewan Penasihat DPD Partai Gerindra Jatim, Bambang Haryo Soekartono (BHS) prihatin dengan kondisi tersebut. Padahal, kata dia, pemerintah pusat sudah membangun Longstorage Kalimati yang mempunyai kapasitas dua juta meter kubik dengan kualitas air standar A alias layak untuk dijadikan air minum. Sayangnya, Pemkab Sidoarjo tidak memanfaatkan fasilitas itu, baik untuk layanan air atau irigasi pertanian.

"Berbeda dengan Surabaya yang memanfaatkan air sungainya limpahan dari sungai yang melewati Kabupaten Sidoarjo yaitu Sungai Brantas Hilir atau Sungai Kalimas. PDAM Surabaya telah melayani akses jaringan pipa mencapai 100 persen, di mana 98 persen memanfaatkan dari limpahan Sungai Kalimas," kata BHS di Kabupaten Sidoarjo, Jatim, Rabu (2/8/2023).

Alumnus ITS Surabaya itu juga menyoroti tarif PDAM Sidoarjo yang terbilang mahal. Saat ini, tarif bawah ditetapkan Rp 6.213 per meter kubik dan tarif atas Rp 17.174. Sedangkan di Surabaya, tarif bawah hanya Rp 1.700 dan tarif atas Rp 7.000. "Tetapi Sidoarjo dengan tarif mahal, baru bisa melayani penambahan dan penggantian pipa di tahun 2022 tidak lebih dari 10 kilometer sedangkan Surabaya mencapai 139 kilometer," ucap BHS.