REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pedagang Blok VI Pasar Senen di Jakarta Pusat mengeluhkan kondisi mereka yang 'terbengkalai' di tempat penampungan sementara (TPS). Mereka menantikan rampungnya revitalisasi pasar yang dijanjikan Pemprov DKI Jakarta. Para pedagang telah menempati TPS selama lima tahun dan terus menunggu kejelasan revitalisasi sejak pasar tersebut mengalami kebakaran.
Revitalisasi Blok VI Pasar Senen sebenarnya diresmikan pada era Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan pada Maret 2021, yang ditandai peletakan batu pertama (groundbreaking). Pemprov DKI menjanjikan, revitalisasi bisa rampung pada kuartal kedua 2022. Namun, hingga Anies meletakkan jabatannya maupun hingga kini, progres pembangunan tak kunjung terealisasi.
Menyikapi hal itu, para pedagang meminta agar Pemprov DKI yang saat ini dinahkodai oleh Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono bisa memberi perhatian kepada nasib mereka. Para pedagang pun berusaha menyampaikan aspirasinya dengan menggelar aksi demonstrasi di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat pada Rabu (2/8/2023).
"Lahan kami sudah jadi hutan, padahal sudah peletakan batu pertama oleh gubernur Anies Baswedan saat itu 2021. Oleh karena itu kami datang ke sini, kepada Pj Gubernur, kami menyampaikan aspirasi supaya pasar ini segera dibangun," kata Koordinator Pendemo Reinhard Panjaitan saat turun ke jalan di depan Balai Kota DKI, Rabu.
Reinhard menyebut, awal mulanya, PD Pasar Jaya memindahkan para pedagang ke penampungan sementara sembari revitalisasi berjalan. Penempatan mereka di TPS dijanjikan hanya berlangsung selama dua tahun. Ternyata, hingga kini, lima tahun berlalu, mereka masih di TPS dan pembangunan pasar belum juga terwujud.
"Kapan ini mau dibangun? Tidak ada yang bisa jawab selama lima tahun. Jadi permohonan kami hari ini agar Bapak Pj Gubernur bisa menerima kami dan kami sampaikan aspirasi untuk pasar itu segera diambil alih pembangunannya oleh BUMD (PD Pasar Jaya)," jelas Reinhard.
Dia menjelaskan, Blok IV Pasar Senen dihuni ribuan pedagang. Para pedagang itu menjajakan banyak produk mulai dari sayur-sayuran, sembako, hingga tekstil. Menurut dia, sejak mereka menempati TPS maka pendapatan menurun drastis akibat lokasi berdagang yang memang tidak layak.
"Kami sudah benar-benar menderita, bayangkan lima tahun di penampungan, tidak ada tempat parkir yang kami terima, jadi pengunjung sunyi tidak mau hadir di penampungan," kata Reinhard.