REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Danau Rawapening, di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, tidak saja memiliki potensi sumber daya air yang melimpah. Danau alam dengan luas genangan mencapai 2.670 hektare ini juga memiliki sumber daya perikanan yang cukup besar.
Sehingga di sekitar danau alam yang membentang di wilayah Kecamatan Ambarawa, Banyubiru, Tuntang, dan Bawen ini banyak terdapat warung/rumah makan yang menyajikan ragam kuliner khas dengan menu unggulan hasil perikanan setempat.
Seperti warung makan dengan menu utama gudangan dan wader khas Rawapening di Kecamatan Tuntang; pecel keong/belut, serta wader goreng di Muncul dan Bukit Cinta Kecamatan Banyubiru, dan ikan nila bakar khas Rawapening di Kecamatan Ambarawa.
Kuliner khas Danau Rawapening yang sedang populer adalah lobster bakar di kawasan Dusun Sumurup, Desa Asinan, Kecamatan Bawen. Di dusun yang berada di tepi danau Rawapening ini banyak warung makan apung yang menyajikan berbagai kuliner olahan lobster air tawar.
Salah satunya adalah pemancingan dan Warung Makan ‘Mbak Sarie’ yang berlokasi di sekitar kawasan Jembatan Biru, Dusun Sumurup, Desa Asinan. Lobster bakar menjadi menu unggulan dari warung makan yang dikelola oleh pasangan suami istri, Yudi dan Sarie Kusumawati ini.
Di warung makan ini juga ada aneka menu barbahan dasar hasil perikanan danau Rawapening lainnya seperti nila, betutu, lele, mujaer, bawal dan lainnya dengan varian olahan goreng, bakar, bumbu asam manis.
“Namun yang cukup digemari adalah menu lobster bakar,” kata Sarie Kusumawati, yang dikonfirmasi di sela aktivitas di tempat usahanya, di Dusun Sumurup, Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Sabtu (5/8).
Citarasa
Lobster air tawar dari Rawapening ini memang tidak sama dengan jenis lobster laut yang dari ukuran dan beratnya relatif lebih besar dan dagingnya juga lebih banyak.
Karena satu porsi lobster bakar di Warung Makan Mbak Sarie ini bisa berisi lima hingga enam ekor lobster. Namun dari citarasa, lobster bakar ini tetap tidak kalah istimewa, karena cara pengolahannya.
Yuda mengungkapkan, selain bumbu, rahasia kelezatannya juga dipengaruhi cara memanggang/membakar. Lobster-lobster ini dipanggang/dibakar hingga benar-benar matang dengan menggunakan briket arang tempurung (batok) kelapa.
Untuk penyajiannya ada dua pilihan sambal, yakni saus sambal atau sambal tomat yang ‘diuleg’ secara manual. Aneka lalapan seperti selada, daun kemangi dan mentimun menjadi pelengkap hidangan lobster bakar ini.
Satu porsi lobster bakar beratnya berkisar 0,5 kilogram. Untuk harganya hanya Rp 75 ribu sudah siap santap. “Harga ini belum termasuk nasi putih serta minuman tergantung pemesanan,” jelasnya.
Ade Permana, warga Kota Salatiga mengakui, lobster bakar di warung makan ini cukup lezat. Dagingnya memiliki tekstur halus dan berasa manis meski tidak setebal dan sekenyal daging lobster air laut.
Namun citarasa bumbunya cukup kuat dan meresap merata, karena teknik dan cara pengolahannya. “Bagi penyuka selera pedas, menurut saya sambalnya juga pas dan mantab,” ungkapnya.
Satu hal lagi, kata Ade, menikmati lobster bakar di sini juga sangat menyenangkan. Karena bisa menyaksikan berbagai aktivitas yang berlangsung di Danau Rawapening dengan panorama pegunungan yang mengelilinginya.
Kebetulan dari lokasi warung makan apung ini, gunung-gunung yang mengelilingi hamparan danau Rawapening juga terlihat dengan jelas, seperti Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, Gunung Gajah, Gunung Botak, dan Gunung Kelir.
“Menikmati aneka hidangan sambil ‘nyore’ di warung makan ini juga sangat nyaman dan menyenangkan, dengan ‘bonus’ panorama alam yang sangat meyegarkan mata,” jelas dia.