REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA –- Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY menggandeng SPEAK (Strategi Pengkajian Edukasi Alternatif Komunikasi) Indonesia dalam pengurangan dan pengelolaan sampah di DIY.
Melalui sinergi program Jogja Hijau dan Voices For Just Climate Action (VCA), kedua pihak akan saling berkolaborasi dan bekerja sama mencoba melakukan pengelolaan sampah yang selesai di tingkat kelurahan dan pengembangan Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle (TPS3R) di 10 desa percontohan mandiri sampah di DIY.
Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X menyambut baik sinergi program yang akan dilakukan kedua pihak tersebut dalam audiensi yang dilakukan di Gedhong Pareanom, kompleks Kepatihan, Yogyakarta. Sri Paku Alam mengatakan, dalam melaksanakan sinergi program tersebut, yang terpenting masyarakat harus dilibatkan.
“Terkait kegiatan VCA, saya sepakat apapun (program) yang dilakukan, kami tidak bisa sendirian, semua ada peran. Kami selalu menjadikan warga itu justru menjadi subjek bukan objek," ujarnya.
Ia menambahkan, di setiap kegiatan itu warga harus menjadi subjek. Dengan menjadikan warga sebagai subjek maka dapat membantu mendorong berbagai perubahan di berbagai sektor.
Selain itu, pada pelaksanaan kegiatan yang melibatkan pemberdayaan masyarakat, forum dialog bersama warga juga harus dilakukan. Ini karena masyarakat sudah cerdas, sehingga harus diajak bicara.
"Apasih sebetulnya atau yang sebaiknya dilakukan. Kita guidance saja. Kita selalu menilai suatu masalah menggunakan kacamata kita. Gak bisa, ya dialog,” kata Sri Paduka.
Terkait sinergi program yang dilakukan antara DLHK DIY dan SPEAK Indonesia di 10 desa percontohan mandiri sampah di DIY ini, Sri Paduka pun mengungkapkan, seeing is believing.
Apabila kedua pihak mampu mengimplementasikan sinergi programnya dengan tepat dan baik di satu atau dua desa percontohan yang ditetapkan, maka delapan desa lainnya dapat melakukan studi lapangan untuk meniru dan mengikuti apa yang sudah dilakukan oleh dua desa percontohan sebelumnya.
Ditemui usai audiensi bersama Sri Paduka, Kepala DLHK DIY Kuncoro Cahyo Aji mengungkapkan, sinergi program Jogja Hijau dan VCA ini dilakukan di 10 desa percontohan mandiri sampah di DIY antara lain yakni enam desa di Sleman dan empat desa di Bantul.
Enam desa di wilayah Sleman yaitu Sinduharjo, Sardonoharjo, Puriharjo, Purwomartani, Minomartani, serta Pandowoharjo. Sementara di Bantul meliputi Wirokerten, Tamanan, Srigading, dan Srihardono.
“Dengan SPEAK Indonesia, nanti desa itu kita jadikan percontohan bahwa sampah selesai di tingkat kelurahan. Yaitu masyarakat ya mau tidak mau harus mempunyai tingkat partisipasi untuk memilah dari dapur pindah ke depan pintu masing-masing rumah,” jelas Kuncoro.
Dikatakan, sampah di depan pintu masing-masing rumah 10 desa percontohan mandiri sampah ini nanti akan dibantu penyalurannya ke TPS3R aktif dari 10 desa tersebut. “Untuk pengefektifan, TPS3R ada beberapa bantuan memang untuk alat transportasi, kemudian pengolah sampah yang yang ada di TPS3R. Harapannya juga nanti akan mengurangi sampah yang masuk di TPA Piyungan,” katanya.
Program Jogja Hijau merupakan konsep pengelolaan lingkungan yang berdasarkan empat aspek yaitu konservasi energi, konservasi air, pengelolaan sampah, dan limbah domestik secara mandiri serta pemanfaatan lahan. Lewat pemberdayaan ini, masyarakat mendapat manfaat dari lingkungan yang dikelola tersebut.
Sementara itu, Direktur SPEAK Indonesia Wiwit Heris Mandari menjelaskan, program Voices For Just Climate Action (VCA) adalah program aksi untuk mengatasi perubahan iklim yang berkeadilan. Bersama Slum Dwellers International (SDI), pihaknya bergerak untuk memulai menyuarakan suara perubahan iklim dari masyarakat yang bisa bekerja sama dengan pemerintah.
“Kalau biasanya, seringnya kan sepertinya itu kontra, tapi bagaimana kita bisa bekerja harmonis bersama dengan pemerintah dengan semua stakeholder termasuk dengan semua pihak pihak terkait untuk menyelesaikan permasalahan di lingkungan kita secara mandiri," katanya.
Ia menjelaskan, dengan kolaborasi dan kemitraan, pihaknya berharap bisa melakukan berbagai hal sejak perencanaan. Kemudian SPEAK juga melakukan kampanye dan memperkuat komunitas di daerah dampingan. "Juga peran dari perempuan ini menjadi sangat penting,” imbuh Wiwit.
Melalui program VCA, pihak Wiwit mencoba untuk bisa bersama-sama, berkolaborasi sekaligus belajar dari Pemda DIY terkait perubahan iklim. Salah satunya adalah bagaimana berdialog dan membangun aksi bersama dengan masyarakat untuk mengatasi ketahanan iklim dan juga untuk mengatasi permasalahan sampah.
Dijelaskan, dengan program VCA yang berkolaborasi dengan program SDI, pihaknya hadir di pemukiman padat penduduk yang berada di pinggiran sungai utamanya untuk bisa mengatasi permasalahan-permasalahan penduduk.
Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, awalnya pihaknya melibatkan para penduduk untuk membuat profiling. Di mana letak persampahan mereka, dimana letak sanitasi, di mana letak air yang menjadi tempat sumber-sumber vital dari kehidupan mereka.
Kemudian permasalahan tersebut didiskusikan bersama. Selain itu, mereka juga melakukan semacam satu advokasi bersama. "Intinya adalah menggugah semua pihak untuk sama-sama menyelesaikan beberapa permasalahan kita,” tegas Wiwit.
Program VCA sudah dilakukan di DIY sebagai percontohan pada 2022 yakni di Gedongkiwo dan Sinduadi. Dengan program Jogja Hijau rencananya akan dikembangkan ke 10 daerah lain.
"Kita memang baru mulai dua, tetapi kemarin kita membicarakan dengan Pak Kuncoro dengan program Jogja Hijau, kita akan mencoba untuk mengembangkan ke daerah lain, ke-10 daerah lain di Yogyakarta,” katanya.