REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Aisyiyah Salmah Orbayinah mengaku turut geram dengan peristiwa yang menimpa para kontestan Miss Universe Indonesia 2023. Menurutnya, apa yang dilakukan oleh penyelenggara terhadap para kontestan itu adalah sebuah pelecehan dan bukan lagi sebuah kompetisi.
"Body checking (pemeriksaan tubuh) itu tujuannya untuk apa? Kalau Miss Universe harusnya banyak yang bisa dinilai tanpa harus melalui body checking segala," ujarnya dengan geram.
Seharusnya, kata dia, sebuah ajang kompetisi sangat baik apabila dilakukan dengan tujuan meningkatkan martabat perempuan, bukan justru menjadikannya sebagai objek pelecehan seksual. Misalnya, dengan menilai intelektualitasnya, memberi sebuah kasus dan lihat bagaimana cara mereka menemukan solusinya.
Kemudian, bisa juga dilihat kepribadiannya dengan melakukan tes psikologinya, tes spiritualnya, dan tes profesionalnya.
"Tiga hal yang penting bagaimana spiritualitas calon, intelektualitas dan sikap profesionalitasnya," kata Salmah kepada Republika.co.id, Selasa (8/8/2023).
Jika dibutuhkan riwayat kesehatan dari para peserta, kata Salmah, cukup dengan melampirkan surat keterangan sehat dari dokter. Sehingga tidak perlu sampai dilakukan pemeriksaan tubuh yang mengharuskan dia telanjang, apalagi sampai didokumentasikan dengan cara difoto.
"Jadi kalau itu dianggap pelecahan ya memang benar mengarah kesana," kata Salmah.
"Kalau toh ada standar tinggi badan dan berat badan ya tidak apa, harus good looking juga tidak apa, tapi tidak boleh buka-bukaan (telanjang)," katanya.
Salmah berharap kejadian hari ini bisa menjadi bahan evaluasi bersama dan agar peristiwa ini tidak lagi terulang, apalagi jika sampai diikuti oleh ajang-ajang kecantikan lainnya. Salmah berpesan agar kontes-kontes apapun tetap mengindahkan norma-norma agama.
"Miss Universe boleh saja diadakan tapi tetap menganut norma-norma agama. Kalau sampai kemudian pakai bikini dan sebagainya jelas Aisyiyah juga tidak mendukung," kata Salmah.