REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Persembahan Wayang Golek Srimulat Abadi dikemas menjadi satu dalam sebuah pameran nostalgia. Pameran itu digelar selama satu bulan penuh dari 8 Agustus hingga 8 September di Kompleks Museum Keris, Solo.
Berbagai hasil karya legendaris Srimulat dihadirkan untuk menambah kejelasan potret suasana kebahagiaan kala itu. Khususnya, ketika mereka memanen tawa dari para penontonnya.
Direktur Museum Gubug Wayang, Zura Nur Ja Ana, menjelaskan bahwa Wayang Golek Srimulat Abadi merupakan sebuah 'nama' yang dipilih oleh Tim Museum Gubug Wayang untuk tema wayang golek tokoh Srimulat. Kata 'Abadi' dimaknai oleh Museum Gubug Wayang sebagai penggambaran rasa bahwa sesuatu ini kekal atau tak pernah tamat.
Menurut dia, begitulah cara Museum Gubug Wayang mencintai dan menghargai kelompok komedi legendaris Indonesia tersebut. Tentunya agar tetap dikenang sejarah perjuangannya, serta bangkit kembali semangatnya bagi generasi penerus Bangsa Indonesia.
"Inilah alasan mengapa Museum Gubug Wayang melanjutkan sebuah perjuangan memperkenalkan sebuah kelompok komedian yang berhasil memadukan seni musik dan lawak tersukses di Indonesia yaitu Aneka Ria Srimulat. Srimulat tidak pernah mati di hati masyarakat," tutur Zura.
Zura juga sempat menjelaskan kenapa kata "abadi" tersemat dalam nama bukan tanpa kesengajaan. Namun, itu adalah cerminan dari doa itu sendiri untuk Aneka Ria Srimulat.
"Nama 'Abadi' dalam Wayang Golek Srimulat Abadi bukanlah suatu ketidaksengajaan. Namun merupakan sebuah nama yang diucapkan penuh akan doa dan makna dari semua yang membacanya," katanya.
"Setiap siapa pun di antara kita yang membaca namanya, tersebutlah nama 'Abadi'. Seperti yang selalu dicita-citakan oleh kami untuk Aneka Ria Srimulat," katanya menambahkan.
Pameran tersebut menghadirkan dua ruangan yang mempunyai cerita nostalgia sendiri. Ruangan pertama begitu lekat tentang sejarah perjalanan Srimulat dan Teguh Slamet Rahardjo. Ada juga patung Sundari dan Drakula yang dipajang untuk mengenang film yang sempat viral waktu itu.
"Ruangan pertama menceritakan Srimulat dahulu lebih ke sejarahnya, ada alat musik di sana, ada yang cikal bakalnya bulan langsung ke grup lawak tapi musim keroncong waktu itu," katanya.
Jadi obat pasca-pendudukan Jepang...