Kamis 10 Aug 2023 21:46 WIB

SBY: Saya tak Pernah Tergoda Menambah Kekuasan

Dino Pati Djalal menceritakan masa-masa terakhir kepemimpinan SBY.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Teguh Firmansyah
Partai Demokrat menggelar bedah buku karya Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat yang juga Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berjudul Pilpres 2024 & Cawe-cawe Presiden Jokowi, The President Can Do No Wrong.
Foto: Dok. Partai Demokrat
Partai Demokrat menggelar bedah buku karya Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat yang juga Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berjudul Pilpres 2024 & Cawe-cawe Presiden Jokowi, The President Can Do No Wrong.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan juru bicara Presiden ke6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Dino Patti Djalal menceritakan masa-masa terakhir kepemimpinan SBY pada 2014. Salah satunya adalah saat ia bertanya soal warisan terpenting dari SBY selama 10 tahun pemerintahan pada 2004 hingga 2014.

"Jawaban beliau itu adalah 'Dino yang paling saya banggakan adalah selama saya berkuasa, 10 tahun menjadi presiden di pusat kekuasaan, saya tidak pernah tergoda untuk menambah kekuasaan saya'," ujar Dino meniru jawaban SBY, di Djakarta Theater, Jakarta, Kamis (10/8/2023) malam.

Baca Juga

Ia sendiri setuju dengan jawaban SBY saat itu. Sebab pada masa-masa tersebut, banyak pemimpin negara-negara lain tergoda dan mencoba menambah masa kekuasaannya dengan segala cara.

"Jadi ini menurut saya, saya mohon titipan saya ini sudah (berusia) 58, punya anak yang sama umurnya dengan dengan anaknya Mas Agus, dan yang baru 20 tahun (setelah 50 tahun pertama setelah Indonesia merdeka) ini, dan demokrasi please jaga," ujar Dino.

"Generasi berikutnya harus lebih progresif, reformis, lebih open minded, dan bisa menjaga kaidah-kaidah demokrasi Indonesia," sambungnya menegaskan.

Di samping itu, ia juga memberikan pandangannya terkait langkah politik Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Sebab, ia memantau perkembangan AHY sejak muda hingga saat ini.

Ia juga melihat karir AHY saat pertama kali terjun ke dunia politik dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta pada 2017. Saat itu, ia memberikan pandangannya soal langkah berikutnya bagi AHY sebelum mencapai keberhasilan.

"Oke now this is a big move ya, karena ini gimana masuk ke next level ya. Gimana next level itu? dan yang saya bilang dan saya inget waktu itu, saya bilang kalau masuk next level, AHY harus jatuh, harus kalah, harus babak belur, harus sakit, dan harus pernah membuat kesalahan," ujar Dino.

"Otherwise, tidak ada orang yang bisa tumbuh kalau tidak babak belur, tidak sakit, tidak jatuh, dan tidak kalah," sambungnya di dalam acara peluncuran buku "Tetralogi Transformasi

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement