Jumat 11 Aug 2023 15:29 WIB

Tiga Unsur Pokok dalam Surat Al Fatihah

Surat Al Fatihah diturunkan di Makkah.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Surat Al Fatihah
Foto: Republika/ Nashih Nashrullah
Surat Al Fatihah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Surat Al Fatihah atau pembuka yang diturunkan di Makkah terdiri dari tujuh ayat, surat ini adalah surat pertama-tama yang diturunkan dengan lengkap di antara surah-surah yang ada di dalam Alquran.

Surat Al-Fatihah termasuk golongan surah makkiyah, surat ini disebut Al-Fatihah atau pembuka, karena dengan surat ini dibuka dan dimulainya Alquran. Surat Al-Fatihah dinamai Ummul Quran (induk Alquran) juga dinamai Ummul Kitab (induk Alkitab), karena dia merupakan induk bagi semua isi Alquran serta menjadi intisari dari kandungan Alquran.

Baca Juga

Oleh sebab itu diwajibkan membaca Al-Fatihah pada setiap sholat. Al-Fatihah dinamakan juga As Sabul Matsaani, artinya tujuh yang berulang-ulang karena ayatnya tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam sholat.

Surah Al-Fatihah mengandung beberapa unsur pokok yang mencerminkan seluruh isi Alquran.

Keimanan

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2. Dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas sesuatu nikmat itu bagi Allah, karena Allah adalah pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat di dalam alam semesta ini.

Diantara nikmat itu adalah nikmat menciptakan, nikmat mendidik, dan menumbuhkan. Sebab kata Rabb dalam kalimat Rabbul Alamin tidak hanya berarti Tuhan dan penguasa. Tetapi juga mengandung arti tarbiyah yaitu mendidik dan menumbuhkan.

Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seorang dalam dirinya sendiri, dan di dalam alam ini bersumber dari Allah, karena Tuhanlah Yang Maha Berkuasa di alam ini.

Pendidik, penjaga dan penumbuhan oleh Allah di alam ini haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya. Sehingga menjadi sumber berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta berguna bagi masyarakat.

Oleh karena keimanan atau ketauhidan itu merupakan yang sangat penting, maka di dalam Surah Al-Fatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja. Tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat lima.

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ

Iyyāka na‘budu wa iyyāka nasta‘īn(u),

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. (QS Al-Fatihah: 5)

Yang dimaksud dengan menguasai hari pembalasan adalah pada hari itu Allah yang berkuasa atas segala sesuatu, semua tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat, dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung arti, janji untuk memberi pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk. Ibadah (menyembah Allah) yang terdapat pada ayat lima semata-mata ditunjukkan kepada Allah.

Hukum-hukum

Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Maksud hidayah di sini ialah hidayah yang menjadi sebab dapatnya keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat, baik yang mengenai keyakinan maupun akhlak, hukum-hukum dan pelajaran.

Kisah-kisah

Kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebagian besar dari ayat-ayat Alquran memuat kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah.

Jadi, yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini adalah para Nabi, para shiddiqiin atau orang-orang yang sungguh-sungguh beriman, syuhada yakni orang-orang yang mati syahid, salihin yakni orang-orang yang saleh.

Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat ialah golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.

Perincian dari yang telah disebutkan di atas terdapat dalam ayat-ayat Alquran pada surah-surah yang lain. Surah Al-Fatihah ini melengkapi unsur-unsur pokok syariat Islam, kemudian dijelaskan perinciannya di dalam ayat-ayat Alquran yang terdapat dalam 113 surat berikutnya.

Dilansir dari buku Alquran dan Terjemahan yang dibuat oleh Pelayan Dua Tanah Suci Raja Fahd Ibn Abdal Aziz Al Sau'ud Raja Kerajaan Arab Saudi. Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia tahun 1971.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement