Ahad 13 Aug 2023 16:09 WIB

Kebakaran Hutan di Hawaii Jadi yang Terburuk di AS dalam 100 Tahun

Kebakaran hutan Maui telah menjadi bencana terburuk yang pernah dihadapi Hawaii.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Kebakaran tersebut kini ditandai sebagai yang paling mematikan di AS dalam 100 tahun terakhir.
Foto: AP Photo/Rick Bowmer
Kebakaran tersebut kini ditandai sebagai yang paling mematikan di AS dalam 100 tahun terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, HAWAII – Korban tewas akibat kebakaran hutan di pulau Maui, Hawaii, Amerika Serikat (AS), telah mencapai sedikitnya 89 orang, Sabtu (12/8/2023). Kebakaran tersebut kini ditandai sebagai yang paling mematikan di AS dalam 100 tahun terakhir.

“(Jumlah korban) ini akan meningkat,” ujar Gubernur Hawaii Josh Green saat dia mengunjungi Front Street, salah satu daerah yang cukup parah terdampak kebakaran, dikutip laman Deutsche Welle.

Baca Juga

Dia mengungkapkan, kebakaran hutan Maui telah menjadi bencana terburuk yang pernah dihadapi Hawaii. "Kami hanya bisa menunggu dan mendukung mereka yang masih hidup. Fokus kami sekarang adalah menyatukan kembali orang-orang ketika kami bisa dan memberi mereka perumahan serta perawatan kesehatan, dan kemudian beralih ke pembangunan kembali," ucapnya.

Kepala Polisi Maui John Pelletier mengatakan, dua dari 89 korban tewas telah diidentifikasi sejauh ini. Dia mengungkapkan proses identifikasi korban tewas sangat sulit. “Sebab kami mengambil sisa-sisa jenazah dan (kondisi) mereka hancur lebur," ucapnya, dikutip laman TRT World.

“Saat kami menemukan keluarga dan teman kami, jenazah yang kami temukan adalah melalui api yang melelehkan logam. Kami harus melakukan DNA cepat untuk mengidentifikasi mereka. Semua dari 89 ini adalah John dan Jane Does," tambah Pelletier.

Dia menambahkan, kru dengan anjing pelacak jenazah hanya mencakup tiga persen dari area pencarian. “Kami memiliki area yang harus kami tampung setidaknya 5 mil persegi (sekitar 13 kilometer persegi) dan penuh dengan orang yang kami cintai,” katanya.

Menurut pejabat Maui, saat ini sekitar 4.500 orang membutuhkan tempat berlindung setelah mengungsi akibat kebakaran. Angka itu mereka peroleh dari Federal Emergency Management Agency (FEMA) dan Pacific Disaster Center. Kebakaran hutan di Maui telah merusak dan menghancurkan lebih dari 2.200 bangunan. Sementara luas lahan yang terbakar telah melebihi 850 hektare. FEMA mengungkapkan biaya untuk membangun kembali kota bersejarah Lahaina diperkirakan mencapai 5,5 miliar dolar AS.

Sejauh ini faktor pemicu kebakaran belum diketahui. Menurut warga Maui, mereka tidak memperoleh peringatan tentang terjadinya kebakaran hutan di pulau tersebut. Sirene yang ditempatkan di sekitar pulau, yang dimaksudkan memberi peringatan bencana alam, tak berbunyi. Hal itu membuat warga di sana marah.

Peringatan dikirim melalui ponsel, TV, dan stasiun radio. Namun jangkauannya terbatas karena pemadaman listrik dan seluler. "Tahukah Anda ketika kami menemukan ada kebakaran? Ketika api berada di seberang jalan dari kami," kata Vilma Reed (63 tahun), salah satu warga Maui.

"Gunung di belakang kami terbakar dan tidak ada yang memberi tahu kami. Saya berpacu dengan api untuk menyelamatkan keluarga saya," tambah Reed.

Setidaknya dua kebakaran lain telah terjadi di Maui, yakni di daerah Kihei Maui selatan dan di pegunungan. Warga yang tinggal di sana dikenal sebagai komunitas pedalaman dengan nama Upcountry. Sejauh ini belum ada laporan tentang korban jiwa di daerah tersebut.

Jaksa Agung Hawaii Anne Lopez telah meluncurkan tinjauan komprehensif terhadap pengambilan keputusan kritis dan kebijakan tetap yang mengarah ke, selama, serta setelah kebakaran hutan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement