REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mempunyai tanggung jawab dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) dalam menyambut Indonesia Emas 2045. Pertanggungjawaban tersebut diwujudkan dengan mengembangkan program yang disebut sebagai Center for Future Work (CFW).
CFW menurut Prof Fauzan dirancang untuk menjawab persoalan-persoalan kebutuhan yang diperlukan dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Hal ini sebagaimana yang diharapkan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
"UMM menjadi lembaga pendidikan tinggi yang bertanggung jawab menyiapkan SDM untuk pekerjaan yang akan datang," kata Fauzan di kantornya.
Agar program tersebut efektif lanjut rektor, UMM telah bekerja sama dengan industri baik swasta maupun negeri secara internasional maupun nasional. Hal ini dilakukan guna mengidentifikasi jenis pekerjaan yang diperlukan oleh masing-masing industri. Atas dasar itulah, maka pelaksanaan pembelajaran di UMM diklaim dapat dilaksanakan secara efektif karena secara jelas menjawab kebutuhan yang diperlukan oleh dunia industri.
Fauzan mencontohkan Program Studi (prodi) Perikanan yang memiliki dua permintaan dari industri perikanan yang sangat tinggi dalam kebutuhan SDM-nya. Dua permintaan yang dimaksud adalah tenaga profesional di bidang udang dan ikan koi. Merespon hal tersebut, UMM kemudian membuka kelas profesional atau Center of Excellence (CoE) Udang dan kelas profesional atau CoE Koi.
"Dengan cara ini, sejak awal mahasiswa telah dididik untuk menjadi tenaga profesional di bidang perudangan maupun di bidang koi," ucapnya.
Adapun CFW khususnya di bidang teknologi, UMM telah bekerja sama dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singosari. Langkah ini dilakukan karena salah satu bidang KEK adalah pengembangan teknologi dan pendidikan.
Menurut Fauzan, saat ini untuk bidang teknologi dan pendidikan, kampus UMM secara khusus tengah mengembangkan SDM berbasis digital. Kemudian UMM juga telah mengajak Perusahaan untuk bekerja sama dalam menyiapkan SDM yang diperlukan. Pihaknya juga sudah berkoordinasi secara intensif dengan Kemenko Perekonomian dan Kemenko PMK.
Titik ideal
Pada kesempatan sama, Fauzan juga turut menyinggung lebih lanjut mengenai CoE yang merupakan bagian dari CFW. Menurut Fauzan, CoE yang dilaksanakan oleh UMM sejak tahun 2019 telah mencapai titik ideal. Artinya, CoE UMM telah mampu mengantarkan lulusan yang mandiri dan telah bekerja di berbagai perusahaan atau industri. Selain itu, program CoE menjadi daya tarik bagi industri untuk melakukan kerja sama dengan UMM khususnya penyiapan SDM yang diharapkan oleh industri.
Saat ditanya mengenai jumlah CoE, Fauzan menegaskan, program CoE yang berbasis prodi di UMM sebenarnya bersifat fleksibel (bisa buka tutup). Kemudian juga berorientasi pada perkembangan pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat khususnya dunia industri. Sebab itu, bisa saja satu prodi itu memiliki lebih dari dua atau tiga CoE.
Fauzan menegaskan, yang menjadi target CoE di UMM bukan jumlahnya. Namun lebih pada seberapa besar kebutuhan masyarakat dan industri akan SDM profesional yang diperlukan. Ia meyakini, para mahasiswa atau peserta CoE sangat senang dapat mengikuti program tersebut.
Hal ini dilandasi karena mereka dapat belajar dalam ekosistem perusahaan atau industri yang sekaligus diajar oleh para praktisi industri tersebut. Melalui cara itu, para mahasiswa memperoleh pengalaman yang empiris dan menjadikan dirinya percaya diri karena telah memperoleh kompetensi sesuai dengan passion-nya.
Di samping itu, Fauzan juga mengungkapkan, penilaian tingkat efektivitas program CoE bagi para peserta. Berdasarkan pengamatan di lapangan, para peserta terlihat memiliki rasa percaya diri yang kuat karena mereka telah memperoleh pengalaman belajar sambil bekerja di perusahaan.
Tidak hanya itu, banyak juga mahasiswa yang direkrut oleh industri mitra dan bekerja secara mandiri. "Karena para mahasiswa yang belajar di perusahaan bukan saja mereka memperoleh pengetahuan dan pengalaman bekerja, akan tetapi dia telah terlibat dalam corporate culture-nya," ungkapnya.
Melihat efektivitas dari program tersebut, Fauzan berharap CoE UMM dapat menjadi model di dunia pendidikan tinggi khususnya bagi kampus yang memiliki semangat untuk menyukseskan program link and match yang selama ini hanya sebatas wacana di Indonesia.
Program CoE UMM menurut rektor dibuka tidak hanya untuk prodi tertentu saja tetapi bisa diikuti oleh mahasiswa lintas prodi yang ada di UMM maupun mahasiswa dari perguruan tinggi lain. "Karena Indonesia Emas merupakan tanggung jawab kita semua, salah satunya melalui penyelenggara pendidikan tinggi," kata dia menambahkan. ed: yusuf assidiq