REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pada masa Utsman bin Affan meletus pemberontakan bersenjata dari berbagai tempat sehingga mengganggu dan mengancam stabilitas kehidupan negara. Romawi mengingkari perjanjian dengan Islam yang mereka sepakati sebelumnya, pun dengan beberapa wilayah di Persia.
Dikutip dari buku Utsman bin Affan karya Abdul Syukur Al Azizi, disebutkan bahwa fenomena pembangkangan ini sudah diawali sejak terbunuhnya Khalifah Umar bin Khattab. Tragedi memilukan itu menjadi kesempatan bagi kebangkitan gerakan-gerakan pembangkangan mereka.
Meletuslah pemberontakan di Azerbaijan dan Armenia, disusul bangsa Romawi yang melakukan serangan terhadap Iskandariah dan Palestina dengan kekuatan angkatan laut mereka. Semakin lama api pemberontakan semakin bergejolak membakar negeri-negeri yang letaknya jauh dari pusat pemerintahan.
Semua pemberontakan ini tidak dipicu oleh penduduk pribumi di wilayah-wilayah tersebut, karena mereka merasa sangat gembira dengan datangnya Islam. Islam datang memberikan kemerdekaan terhadap mereka setelah sekian tahun dibelenggu penindasan dan kesewenang-wenangan bangsa Romawi dan Persia.
Pemberontakan in justru dipicu oleh para pembesar dan kaum bangsawan di wilayah itu. Sebab, mereka kembali memiliki kekuatan sehingga berhasil mempengaruhi dan mendapatkan dukungan rakyat.
Kelompok-kelompok kecil inilah yang melakukan provokasi terhadap penduduk pribumi untuk berpaling dengan alasan kekuasaan Islam telah runtuh yang yang dibuktikan dengan terbunuhnya Khalifah Umar. Dengan terbunuhnya Umar, negara Islam dalam situasi yang rapuh dan tak terkendali.
Para pemberontak yang memfitnah itu gelap mata dan buntu pemikiran. Sebab itu, mereka menganggap bahwa khalifah pengganti Umar, yakni Utsman, hanyalah laki-laki tua renta yang berusia 70 tahun.
Baca juga: Upaya Para Nabi Palsu Membuat Alquran Tandingan, Ada Ayat Gajah dan Bulu
Selain itu, mereka berpikir khalifah baru ini tak pernah terdengar kisah kepahlawanannya, seperti Khalid ibn Walid, Ali ibn Abi Thalib, dan Saad ibn Abi Waqqash.
Bagi mereka, nama Utsman tak pernah terdengar dan tersohor hingga keluar Madinah. Padahal, sang Khalifah bukan tak terkenal, tetapi memilih menghindari kemasyhuran lantaran sifat malu dan kerendahan hati yang sangat besar dalam jiwanya.
Dari sinilah, Utsman tak membuang-buang waktu sedikitpun untuk berpikir terlalu lama. Dia bahkan tak bertanya kepada siapapun tentang apa yang harus dia lakukan.
Hati dan jiwanya diliputi keimanan untuk menentukan dan memilih jalan yang akan dia tempuh. Utsman segera mengeluarkan perintah untuk meredakan api pemberontakan dan menindak orang-orang murtad.
Dia memerintahkan agar perluasan wilayah terus...