Jumat 18 Aug 2023 10:31 WIB

WFH Atasi Polusi Udara Disebut tak Hambat Perekonomian

WFH rencananya akan berlaku pada September.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Warga dengan mengunakan payung menerjang hujan di kawasan Jalan  Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (9/12/2022). Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengkaji penerapan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) yang bersifat lokal atau diserahkan kepada masing-masing perusahaan untuk mengantisipasi cuaca ekstrem. Cuaca ekstrem diperkirakan masih berlangsung hingga awal 2023.Republika/Prayogi.
Foto: Republika/Prayogi
Warga dengan mengunakan payung menerjang hujan di kawasan Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (9/12/2022). Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengkaji penerapan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) yang bersifat lokal atau diserahkan kepada masing-masing perusahaan untuk mengantisipasi cuaca ekstrem. Cuaca ekstrem diperkirakan masih berlangsung hingga awal 2023.Republika/Prayogi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal, memperkirakan rencana pemerintah memberlakukan work from home (WFH) atau bekerja dari rumah, tidak akan berdampak besar terhadap perekonomian. Faisal mengatakan terdapat perbedaan signifikan jika dibandingkan dengan penerapan WFH saat pandemi yang disertai pembatasan aktivitas sosial di segala lini.

"Menurut saya, dampak ekonomi tidak terlalu besar karena yang bisa menghambat ekonomi itu yang melarang mobilitas secara ketat dan memengaruhi sektor formal dan informal," ujar Faisal saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Jumat (18/8/2023).

Baca Juga

Sementara WFH yang rencananya berlaku pada September mendatang, ucap Faisal, sekadar anjuran, bukan sebuah kewajiban sebagaimana saat masa pandemi. Menurut Faisal, WFH ke depan pun hanya ditujukan bagi pekerja sektor formal, bukan informal. 

Seperti saat pandemi, Faisal menyebut WFH tidak mencakup seluruh sektor, melainkan masih terdapat pengecualian terhadap sektor-sektor yang mengedepankan pelayanan publik. Dengan begitu, Faisal mengatakan roda perekonomian tetap akan bergerak.

"Dengan asumsi tidak ada pembatasan ketat seperti PSBB, ini bukan pembatasan tapi anjuran WFH," ucap Faisal.

Faisal menilai penerapan WFH memang memiliki dampak ekonomi bagi para pekerja yang tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi dan konsumsi. Namun, hal ini tidak signifikan bagi perekonomian lantaran jumlah yang bekerja dari kantor dan sektor informal masih tetap banyak. 

"Sektor informal yang bekerja di luar mestinya tidak terpengaruh. Jadi, kalau pun ada koreksi terhadap pertumbuhan ekonomi, tidak terlalu besar," kata Faisal.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement