Sabtu 19 Aug 2023 13:17 WIB

PM Jepang Dijadwalkan Kunjungi Pembangkit Nuklir Fukushima

Kunjungan terjadi jelang keputusan akhir pembuangan limbah Fukushima ke laut.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Pipes at the facility for releasing the radioactive water treated by the Advanced Liquid Processing System (ALPS) into the sea at Tokyo Electric Power Company
Foto: EPA-EFE/KIMIMASA MAYAMA
Pipes at the facility for releasing the radioactive water treated by the Advanced Liquid Processing System (ALPS) into the sea at Tokyo Electric Power Company

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida akan mengunjungi pembangkit nuklir Fukushima pada Ahad (20/8/2023). Kunjungan ini berlangsung menjelang keputusan akhir untuk membuang air limbah dari fasilitas nuklir ke Samudera Pasifik.

"Pemerintah berada pada tahap akhir ketika harus membuat keputusan," kata Kishida pada Jumat (18/8/2023) setelah pertemuan trilateral dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol dan Presiden Joe Biden di Camp David.  

Baca Juga

Kishida tidak mengatakan kapan pelepasan air akan dimulai. Jepang berencana untuk melepaskan limbah di Fukushima sebanyak 500 kolam renang ukuran olimpiade ke laut. Air limbah radioaktif itu akan dilepaskan dari fasilitas pengolahan nuklir yang rusak akibat tsunami pada 11 Maret 2011.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) bulan lalu memberi lampu hijau pelepasan air radioaktif. Tetapi Tokyo menunda untuk melepaskan air limbah itu menjelang pertemuan di Washington, untuk menghindari timbulnya oposisi politik di Korea Selatan. 

Rencana untuk melepaskan lebih dari satu juta ton air olahan radioaktif ke Pasifik dari pembangkit nuklir milik Tokyo Electric Power Company telah dikritik oleh Beijing. Cina melarang beberapa impor makanan laut dari Jepang sebagai bentuk protes.

Pelepasan air radioaktif ini juga ditentang oleh beberapa kelompok warga di Jepang, Korea Selatan dan di tempat lain. Jepang mengatakan akan menghilangkan sebagian besar unsur radioaktif dari air kecuali tritium, isotop hidrogen yang harus diencerkan karena sulit disaring.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement