REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Azrul Tanjung mengatakan, lingkungan adalah sesuatu yang tidak bisa terpisahkan dari kehidupan manusia. Sebagai warga Muhammadiyah harus mengembalikan semua hal kepada Alquran dan sunnah Rasul Muhammad SAW.
"Hal ini menjadikan kita sebagai warga Muhammadiyah sepenuhnya menjaga komitmen sebagai khalifah fil ard dengan menjaga dan merawat bumi serta melakukan koreksi pada sesuatu yang salah dan telah menimbulkan bencana kemanusiaan," kata Azrul melalui pesan tertulis yang diterima Republika.co.id, Ahad (20/8/2023).
Azrul mengatakan, fakta menunjukkan bahwa lingkungan telah berubah, perubahan iklim menimbulkan bencana lingkungan hidup sebagai akibat dari kerusakan lingkungan hidup yang mengancam kelangsungan hidup semua mahluk dan sifatnya universal. Persoalan itu timbul diakibatkan keserakahan manusia dalam memanfaatkan dan memperlakukan alam dengan cara tidak berdamai dengan alam.
Azrul menyampaikan bahwa Muhammadiyah telah mengawali gerakan keperpihakannya sejak berdirinya Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) 1918 yang menjadi landasan idiologi gerakan yang kemudian terus berlangsung hingga melahirkan Lembaga Lingkungan Hidup Muhammadiyah pada 2005.
Sejarah menunjukkan bahwa komitmen kebijakan telah diambil dan berikutnya langkah aksi yang menjadi movement (gerakan) demi mewujudkan lingkungan hidup sebagai hak asasi manusia
Muhammadiyah menyadari bahwa mengelola lingkungan hidup merupakan amanah yang harus dijalankan manusia sebagai khalifah di muka bumi dan sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, serta sebagai perwujudan dari keimanan setiap insan.
"Oleh karena itu diperlukan langkah bersama antar berbagai komponen masyakarat, pemerintah, swasta, dan komunitas beragama (interfaith action)," ujar Azrul.
Azrul mengatakan, maka pada 19 Agustus 2023 dengan mengucap Bismillahirrahmaanirrahim, Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyatakan, pertama, membangun ideologi Green Al Maun sebagai basis gerakan lingkungan di Muhammadiyah.
Baca juga: Ketika Berada di Bumi, Apakah Hawa Sudah Berhijab? Ini Penjelasan Pakar
Kedua, mendukung kebijakan yang memihak pada kelestarian lingkungan dan melakukan koreksi atas kebijakan yang merusak lingkungan. Ketiga, melakukan kolaborasi dengan semua pihak untuk lingkungan yang lestari, masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur.
"Keempat, melakukan aksi di level komunitas yang kemudian diluaskan menjadi gerakan atau movement yang luas melalui perilaku yang benar (teknologi) dan bijak (pemanfaatan)," ujar Azrul.
Azrul menambahkan, kelima, menjadikan moment pergantian kepemimpinan 2024 sebagai moment untuk mengkampanyekan kepemimpinan yang peduli lingkungan.