Rabu 23 Aug 2023 03:29 WIB

Misi ke Bulan Gagal, Kepala Badan Antariksa Rusia Ungkap Kendala Ini

Pesawat luar angkasa Luna-25 jatuh ke bulan setelah mesinnya gagal dimatikan.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Natalia Endah Hapsari
Mesin pesawat ruang angkasa dihidupkan pada akhir pekan untuk menempatkan Luna-25 ke “orbit pra-pendaratan” tetapi tidak dimatikan dengan benar, sehingga pendaratnya jatuh ke bulan.
Foto: Centre for Operation of Space Ground via AP
Mesin pesawat ruang angkasa dihidupkan pada akhir pekan untuk menempatkan Luna-25 ke “orbit pra-pendaratan” tetapi tidak dimatikan dengan benar, sehingga pendaratnya jatuh ke bulan.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON—Kepala badan antariksa Rusia mengatakan bahwa pesawat luar angkasa Luna-25 jatuh ke bulan setelah mesinnya gagal dimatikan dengan benar. Dia menyalahkan jeda puluhan tahun dalam eksplorasi bulan di Rusia sebagai penyebab kecelakaan tersebut.

Luna-25 tanpa pilot telah dijadwalkan untuk mendarat pada Senin (21/8/2023) dengan tujuan menjadi pesawat ruang angkasa pertama yang mendarat di kutub selatan bulan, sebuah area di mana para ilmuwan percaya bahwa mungkin ada cadangan penting air beku dan unsur-unsur berharga.

Baca Juga

Direktur Jenderal Roscosmos Yury Borisov mengatakan mesin pesawat ruang angkasa dihidupkan pada akhir pekan untuk menempatkan Luna-25 ke “orbit pra-pendaratan” tetapi tidak dimatikan dengan benar, sehingga pendaratnya jatuh ke bulan.

“Alih-alih 84 detik yang direncanakan, itu bekerja selama 127 detik. Ini adalah alasan utama keadaan darurat itu,” kata Borisov kepada saluran berita negara Rusia, Russia 24, dilansir ABC News, Selasa (22/8/2023).

Roscosmos melakukan kontak dengan pesawat ruang angkasa hingga pukul 14.57 waktu setempat pada Sabtu (19/8/2023), ketika komunikasi terputus dan “perangkat tersebut memasuki orbit bulan terbuka dan jatuh ke permukaan bulan,” ujarnya.

Misi bulan adalah yang pertama dilakukan Rusia sejak 1976, ketika menjadi bagian dari Uni Soviet. Hanya tiga negara yang berhasil melakukan pendaratan di bulan. Yaitu, Uni Soviet, Amerika Serikat, dan Cina.

“Pengalaman buruk untuk menghentikan program ke bulan selama hampir 50 tahun adalah alasan utama kegagalan tersebut,” kata Borisov, seraya menambahkan “itu akan menjadi keputusan terburuk” bagi Rusia untuk mengakhiri program tersebut sekarang.

Luna-25 bersaing dengan pesawat ruang angkasa India yang diluncurkan pada 14 Juli untuk menjadi yang pertama mencapai bulan. Keduanya diharapkan mencapai bulan antara 21 Agustus dan 23 Agustus.

Upaya India sebelumnya untuk mendarat di kutub selatan bulan pada 2019 berakhir ketika pesawat ruang angkasa itu menabrak permukaan bulan.

Luna-25 diluncurkan dari Kosmodrom Vostochny di Timur Jauh Rusia pada 10 Agustus. Pelabuhan antariksa ini merupakan proyek kesayangan Presiden Rusia Vladimir Putin dan merupakan kunci upayanya menjadikan Rusia sebagai negara adidaya luar angkasa.

Sebelum peluncuran, Roscosmos mengatakan pihaknya ingin menunjukkan bahwa Rusia “adalah negara yang mampu mengirimkan muatan ke bulan” dan “memastikan jaminan akses Rusia ke permukaan bulan.”

Setelah kecelakaan itu, badan antariksa Rusia mengatakan misi ke bulan adalah untuk memastikan “kemampuan pertahanan” jangka panjang serta “kedaulatan teknologi.”

"Perlombaan untuk mengembangkan sumber daya alam bulan telah dimulai," kata Borisov, Senin (21/8/2023). “Di masa depan, bulan akan menjadi platform yang ideal untuk eksplorasi luar angkasa.”

Sanksi yang dikenakan pada Rusia sejak negara itu melancarkan perang di Ukraina hampir 18 bulan lalu telah berdampak pada program luar angkasanya, sehingga semakin sulit mengakses teknologi Barat.

Luna-25 awalnya dimaksudkan untuk membawa penjelajah bulan kecil, namun ide tersebut ditinggalkan untuk mengurangi bobot pesawat demi meningkatkan keandalan, kata para analis.

Kutub selatan bulan sangat menarik bagi para ilmuwan, yang percaya bahwa kawah kutub yang tertutup secara permanen mungkin mengandung air beku di bebatuan yang dapat diubah oleh penjelajah masa depan menjadi bahan bakar udara dan roket.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement