Rabu 23 Aug 2023 14:40 WIB

Kejar Target Penurunan Stunting, BKKBN Edukasi Para Nakes

BKKBN gandeng Pemda dan Dexa Group terkait penurunan stunting

Rep: Novita Intan / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pemerintah menargetkan penurunan prevalensi stunting di Indonesia sebesar 14 persen pada 2024.
Foto: www.freepik.com
Pemerintah menargetkan penurunan prevalensi stunting di Indonesia sebesar 14 persen pada 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menargetkan penurunan prevalensi stunting di Indonesia sebesar 14 persen pada 2024. Untuk membantu pemerintah mencapai target tersebut, Dexa Group berkolaborasi dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggelar program Edukasi Bidan dan Intervensi Stunting di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, pada Selasa (22/8/2023).

Corporate Affairs Director Dexa Group Tarcisius Tanto Randy mengatakan, Dexa Group berkontribusi mengatasi stunting bersama BKKBN, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda), dan Ikatan Bidan Indonesia dengan mengedukasi para bidan di Kabupaten Blitar.

“Kerja sama mengedukasi bidan dan masyarakat terkait pentingnya menjaga kehamilan seribu Hari Pertama Kehidupan telah kami lakukan di beberapa kota di Indonesia, seperti di Yogyakarta, Kabupaten Brebes, Kota Surabaya, Kabupaten Wonosobo, Palembang, dan saat ini di Kabupaten Blitar melalui program corporate social inisiatif Dharma Dexa,” ujarnya dalam keterangan tulis, Rabu (23/8/2023).

Sementara itu, Head of Corporate Communications Dexa Group Sonny Himawan menambahkan target penurunan stunting merupakan implementasi salah satu core value perusahaan, yaitu deal with care. 

"Untuk mencapai target  penurunan stunting hingga 14 persen memerlukan kolaborasi pentahelix. Sejak 2022, Dexa Group dan  BKKBN telah berkolaborasi dengan lebih dari 5.500 bidan tujuh wilayah untuk melakukan edukasi pencegahan stunting," katanya.

Sebagai perusahaan sektor kesehatan, Dexa Group juga berperan menciptakan inovasi produk farmasi yang mendukung upaya intervensi stunting, salah satunya melalui produk Herba Asimor. Adapun produk ini dikembangkan dari kekayaan alam Indonesia yang berperan membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mendorong penggunaan produk lokal dengan tingkat komponen dalam negeri tinggi dalam mengatasi stunting dan aktif dalam edukasi pencegahan stunting. Menurut dia, bidan sebagai garda terdepan dalam pencegahan stunting penting untuk mendapatkan update dan edukasi terkait pencegahan stunting.

“Sekarang arahan pemerintah harus produk lokal. Herba Asimor mestinya komponen dalam negeri lebih dari 60 persen. Tadi bupati cerita sama saya, pemda saja bisa belanja karena TKDN lebih dari 60 persen,” ujarnya.

Bupati Blitar Rini Syarifah menambahkan untuk mencegah stunting bisa menggunakan bahan-bahan lokal dari daerah sendiri sebagai nutrisi. “Tadi sudah makan ikan kutuk, ikan gabus itu bagus untuk stunting, dan ternyata ada di Herba Asimor,” kata dia.

Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Kabupaten Blitar pada 2021 sebesar 14,5 persen dan 2022 turun 0,2 persen. “Saya berharap kasus stunting di Kabupaten Blitar bisa ditekan lagi  sehingga bisa zero stunting pada 2023,” ujarnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Christine Indrawati menambahkan kabupaten Blitar memutuskan membeli bahan herbal untuk mendukung produksi ASI yakni melalui Herba Asimor. Hal ini sejalan dengan program pemerintah untuk berbelanja produk dalam negeri dengan tingkat komponen dalam negeri tinggi minimal 25 persen. 

“Maka kami cari bahan-bahan dengan kandungan TKDN tinggi. Pada 2022 kami belanja Herba Asimor yang kami bagikan kepada ibu-ibu menyusui. Sasaran pemberian Herba Asimor kepada 1.462 orang dan diberikan selama enam bulan. Hasilnya, 80 persen produksi ASI meningkat,” katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement