Rabu 23 Aug 2023 16:43 WIB

Puluhan Ribu Kasus ISPA Landa Sukabumi

Kasus penyakit ISPA di daerah ini didominasi kalangan anak-anak.

Rep: Riga Nurul Iman / Red: Agus Yulianto
Dokter melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap pasien bergejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Dokter melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap pasien bergejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kasus penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Kota Sukabumi pada saat musim kemarau, cukup tinggi. Dari data yang tercatat Dinas Kesehatan (Dinkes) terhitung Januari hingga Juli 2023, terdapat kasus ISPA sebanyak 35.045 kasus yang didominasi anak-anak.

''Dari data yang ada total kasus ISPA selama Januari hingga Juli 2023 sebanyak 35.045,'' ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi, Wita Darmawanti, Rabu (23/8/2023). Rinciannya yakni, Januari sebanyak 6.188 kasus, Februari 5.022, Maret 4.303, April 3.614, Mei 6.725, Juni 4.689, dan Juli 4.507.

Dari data itu menunjukkan kasus ISPA cukup tinggi dan bila dirata-ratakan per bulan berkisar antara 3 ribu hingga 6 ribu kasus. Sementara, kasus tertinggi terjadi pada Januari dan Mei.

Wita menerangkan, pada musim kemarau saat ini, kultur cuaca dapat berubah secara tiba-tiba dari panas menjadi dingin. Hal tersebut menyebabkan tubuh harus beradaptasi cukup keras.

Dampaknya berpotensi menyebabkan imunitas tubuh menurun dan masyarakat rentan terkena penyakit. Ia mengatakan, kebanyakan penderita ISPA ini merupakan usia anak-anak.

Tingginya kasus ini lanjut Wita disebabkan faktor banyaknya debu yang berterbangan di musim kemarau. Gejala ISPA yang dialami warga misalnya batuk-batuk, tenggorokan sakit, dan badan pegal-pegal.

Jika mengalami gejala tersebut warga dapat berobat ke puskesmas untuk mendapatkan penanganan medis. Menurut Wita, pencegahan terhadap penyakit seperti ini harus dilakukan dengan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat.

Selain itu lanjut Wita, untuk meningkatkan daya tahan tubuh dapat dilakukan dengan mengkomsumsi makanan bergizi secara seimbang. Upaya lainnya istirahat dengan waktu yang cukup, dan berolahraga secara teratur.

Wita mengimbau, masyarakat agar lebih meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) bagi diri sendiri dan lingkungan. Di samping itu melakukan perilaku Gerakan Masyarakat Sehat (Germas).

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement