Rabu 23 Aug 2023 19:25 WIB

Bencana Kekeringan di Kabupaten Bogor Meluas, 64 Desa Terdampak

Bencana kekeringan di Kabupaten Bogor meluas, sebanyak 64 desa terdampak.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Bilal Ramadhan
Warga mencuci pakaian di Sungai Cileungsi yang mengering. Bencana kekeringan di Kabupaten Bogor meluas, sebanyak 64 desa terdampak.
Foto: ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA
Warga mencuci pakaian di Sungai Cileungsi yang mengering. Bencana kekeringan di Kabupaten Bogor meluas, sebanyak 64 desa terdampak.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Kekeringan yang melanda Kabupaten Bogor semakin meluas pada pekan ini per 22 Agustus 2023. Saat ini, kekeringan melanda 19 kecamatan dengan 64 desa, di mana pada pekan sebelumnya ada 14 kecamatan dengan 38 desa terdampak.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Asep Sulaeman, mengatakan kekeringan di wilayah Kabupaten Bogor menyebar. Bahkan ada beberapa daerah yang baru terdampak kekeringan pada tahun ini.

Baca Juga

“Iya (kekeringan meluas), menyebar. Sebetulnya yang tiap tahun rutin (terdampak kekeringan) di Jasinga, Jonggol, Nanggung. Yang lain sekarang (baru) mulai kekurangan air bersih,” kata Asep kepada Republika, Rabu (23/8/2023).

Asep menyebutkan, sejak 2 Mei 2023 hingga 22 Agustus 2023, BPBD Kabupaten Bogor telah mendistribusikan air bersih sebanyak 1.035.000 liter. Namun, air bersih itu hanya bisa digunakan untuk kebutuhan dasar warga seperti mandi, masak, dan mencuci.

“Cuma untuk kebutuhan dasar saja. Ada yang dimasukin ke torrent yang sudah disiapkan, ada masyarakat langsung antre ambil air,” ujarnya.

Untuk menyalurkan jutaan liter air bersih tersebut, Asep mengatakan, BPBD Kabupaten Bogor bekerja sama dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan pengusaha air curah. Sebab, di tengah meluasnya kekeringan ini, kebutuhan air bersih per hari juga meningkat.

Dalam data yang dimilikinya, menurut Asep, saat ini BPBD mendistribusikan air bersih rata-rata sebanyak 25 ribu liter per hari untuk beberapa daerah. Karena daerah yang membutuhkan air semakin banyak, ia mengakui perlu dukungan dari pihak lain agar kebutuhan warga terpenuhi.

“Jadi gini, sekarang kita kirim, habis mereka butuh lagi. Namanya air mah butuh terus, perlu dukungan dari yang lain,” kata Asep.

Saat ini, kata Asep, BPBD Kabupaten Bogor memiliki lima mobil tangki yang bisa digunakan untuk mendistribusikan air bersih. Mobilitas dari mobil-mobil tersebut pun dibagi sesuai jalur yang akan dilalui.

Misalnya, sambung Asep, pengiriman hari ini akan dilakukan ke jalur wilayah timur Kabupaten Bogor seperti Tanjungsari, Sukamakmur, Jonggol, Citeureup, dan sekitarnya. Sehingga warga tidak menunggu datangnya air bersih terlalu lama.

“Jadi itu kita lihat permohonan yang banyak dimana, biar satu jalur. Kasihan kan kalau nunggu soal air,” ucapnya.

Asep memaparkan, jumlah penyintas air bersih di Kabupaten Bogor saat ini ada 103.567 jiwa dari 31.064 Kepala Keluarga (KK). Rata-rata, warga di satu daerah bisa menghabiskan air bersih yang baru disalurkan sekitar dua hingga tiga hari saja.

Sementara itu, dari data BPBD Kabupaten Bogor, wilayah paling banyak terdampak kekeringan ialah wilayah timur. Yaitu sebanyak tujuh kecamatan, di antaranya Kecamatan Babakan Madang, Tanjungsari, Sukamakmur, Cariu, Jonggol, dan Citereup dengan total 24 desa terdampak.

Di wilayah barat Kabupaten Bogor, ada enam kecamatan terdampak dengan 26 desa terdampak. Enam kecamatan itu ialah Kecamatan Tenjo, Jasinga, Sukajaya, Nanggung, Leuwisadeng, dan Ciampea.

Masuk di wilayah selatan Kabupaten Bogor, ada tiga kecamatan terdampak. Yaitu Kecamatan Cisarua, Cigombong, dan Cijeruk dengan total desa terdampak ada empat desa.

Terakhir di wilayah utara Kabupaten Bogor ada dua kecamatan terdampak, yaitu Ciseeng dan Rancabungur. Dengan total enam desa terdampak kekeringan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement