Rabu 23 Aug 2023 19:39 WIB

Ilmuwan Ingatkan Krisis Air Bersih Sama Gentingnya dengan Krisis Iklim

Kelangkaan air bersih telah melanda berbagai negara.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi air bersih. Air tawar yang dapat digunakan menjadi semakin langka karena pertumbuhan populasi dan manajemen kualitas air yang buruk.
Foto: www.freepik.com
Ilustrasi air bersih. Air tawar yang dapat digunakan menjadi semakin langka karena pertumbuhan populasi dan manajemen kualitas air yang buruk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan menyatakan bahwa krisis air global harus dianggap sama pentingnya dengan perubahan iklim. Sebuah laporan dari British Standards Institute (BSI) dan organisasi nirlaba Waterwise telah menyatukan beberapa studi untuk melakukan analisis komprehensif terhadap tantangan yang dihadapi negara-negara terkait pasokan air.

Penelitian yang diterbitkan untuk menandai Pekan Air Dunia ini menemukan bahwa transisi ke sirkular sistem air, di mana air limbah digunakan ulang agar memiliki nilai kembali, sama pentingnya dengan transisi menuju nol limbah. Penelitian ini menganalisis tingkat kelangkaan air yang melonjak di beberapa negara besar, seperti Amerika Serikat dan Cina.

Baca Juga

Air tawar yang dapat digunakan menjadi semakin langka karena pertumbuhan populasi dan manajemen kualitas air yang buruk. Peneliti pun menyebut air merupakan salah satu sumber daya yang paling mendasar, berharga, tapi kurang dihargai.

"Menggunakan air dengan bijak dapat memberikan manfaat yang penting, membantu kita menjaga kesehatan dan lingkungan alam yang beraneka ragam, memastikan kita memiliki persediaan makanan yang cukup, serta berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi," kata peneliti BSI dari Martin Townsend, seperti dilansir Belfast Telegraph, Rabu (23/8/2023).

Tingginya tingkat konsumsi dan kelangkaan air dapat berkontribusi terhadap emisi karbon, merusak habitat, dan membuat ekosistem lebih rentan terhadap perubahan iklim dan kekeringan. Menurut laporan tersebut, Inggris termasuk di antara 10 negara terburuk yang memiliki tingkat konsumsi pribadi yang tinggi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement