Kamis 24 Aug 2023 13:40 WIB

Setelah Chandrayaan-3,India akan Meluncurkan Aditya-L1

Aditya-L1 merupakan stasiun luar angkasa penelitian tenaga surya pertama milik India.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Pesawat ruang angkasa India menjadi yang pertama mendarat di kutub selatan bulan pada Rabu (23/8/2023).
Foto: AP
Pesawat ruang angkasa India menjadi yang pertama mendarat di kutub selatan bulan pada Rabu (23/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI – India berencana meluncurkan stasiun luar angkasa penelitian tenaga surya pertamanya, yakni Aditya-L1, pada pekan pertama September mendatang. Hal itu diumumkan setelah India berhasil mendaratkan wahana antariksa Chandrayaan-3 di Bulan.

“ISRO (Organisasi Penelitian Antariksa India) merencanakan banyak misi dalam waktu dekat. Misi terdekat kami adalah Aditya-L1 yang merupakan misi mempelajari korona Matahari,” kata Ketua ISRO Sreedhara Somanath, Rabu (23/8/2023), dilaporkan TASS.

Baca Juga

Dia mengungkapkan stasiun Aditya-L1 akan dilengkapi dengan roket pengangkut. “Kami merencanakan peluncurannya pada pekan pertama bulan September,” ujar Somanath.

Menurut ISRO, Aditya-L1 akan dibawa ke orbit halo dekat titik L1 Lagrange sistem Matahari-Bumi sekitar 1,5 juta kilometer dari Bumi. Pada titik ini, stasiun tersebut akan berada dalam keadaan statis relatif terhadap Bumi dan Matahari, sehingga menghalangi pengamatan bintang.

Misi utama stasiun luar angkasa ini adalah mensurvei korona Matahari, kromosfer, dan radiasi matahari dalam berbagai spektrum.

Proyek Aditya-L1 akan menjadi misi eksplorasi luar angkasa jarak jauh berteknologi tinggi kedua di India setelah Misi Pengorbit Mars Mangalyaan pada tahun 2013. Jika peluncuran dilakukan sebelum akhir Agustus, maka itu akan menjadi misi luar angkasa besar kedua yang dilakukan oleh ISRO tahun ini. Sebab pada 14 Juli 2023 lalu, ISRO telah meluncurkan wahana antariksa Chandrayaan-3 untuk melakukan misi bersejarah, yakni mendarat di kutub selatan Bulan.

Chandrayaan-3 telah berhasil mendarat di kutub selatan Bulan pada Rabu lalu. India menjadi negara pertama di dunia yang sukses mendaratkan pesawat antariksa di kutub selatan Bulan. Kini India pun masuk dalam daftar negara yang pernah melakukan misi ke Bulan bersama Amerika Serikat, Uni Soviet (Rusia), dan Cina.

Presiden Rusia Vladimir Putin memuji keberhasilan India menjadi negara pertama yang berhasil mendaratkan pesawat ruang angkasa di kutub selatan Bulan. Putin menyampaikan ucapan selamat kepada Perdana Menteri India Narendra Modi atas pencapaian tersebut.

“Terimalah ucapan selamat saya yang tulus atas keberhasilan pendaratan wahana antariksa Chandrayaan-3 India di Bulan dekat kutub selatan. Ini merupakan langkah panjang dalam eksplorasi luar angkasa dan, tentu saja, merupakan bukti kemajuan mengesankan yang dicapai India dalam hal sains serta teknik,” kata Putin dalam pernyataan yang dipublikasikan Kremlin, Rabu.

Dalam ucapanya Putin turut menyampaikan selamat kepada para pimpinan dan staf ISRO. Badan antariksa Rusia, Roscosmos, juga mengucapkan selamat kepada India atas keberhasilannya menjadi negara pertama yang mendaratkan pesawat luar angkasa di kutub selatan Bulan.

“Roscosmos mengucapkan selamat kepada rekan-rekan India atas keberhasilan pendaratan Chandrayaan-3. Eksplorasi Bulan penting bagi seluruh umat manusia. Di masa depan, ini mungkin menjadi platform untuk penguasaan ruang angkasa yang lebih dalam,” kata Roscosmos.

Rusia dan India telah terlibat perlombaan untuk menjadi negara pertama yang mendaratkan pesawat luar angkasa di kutub selatan Bulan. Pada 10 Agustus 2023 lalu, Rusia meluncurkan pesawat luar angkasa Luna-25. Itu menjadi misi ke Bulan pertama Rusia sejak 1976, yakni ketika Uni Soviet masih berdiri.

Luna-25, yang merupakan pendarat robot nirawak, dijadwalkan mendarat di kutub selatan Bulan pada Senin (21/8/2023). Namun pada Ahad (20/8/2023) lalu, Roscosmos mengumumkan bahwa Luna-25 telah jatuh dan menabrak permukaan Bulan. Insiden itu terjadi setelah Luna-25 berputar ke orbit yang tak terkendali.

Pesawat Luna-25 jatuh setelah Roscosmos melaporkan situasi abnormal yang dianalisis tim pakarnya pada Sabtu (19/8/2023). “Selama operasi, situasi abnormal terjadi di atas stasiun otomatis, yang tidak memungkinkan dilakukannya manuver dengan parameter yang ditentukan,” kata Roscosmos dalam keterangan di saluran Telegram-nya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement